25 Agustus 2013

Terapi kentang tingkatan daya tahan dari stress dan kekecewaan

Pernah kecewa berat dan sulit mengatasi? Terobsesi pada sesuatu sampai sulit konsentrasi pada hal lain? Atau Anda pernah gagal dalam cinta, pernikahan, perkerjaan, pelelangan atau apapun... namun hingga kini belum mampu mentertawakan ritual kemurungan yang tekun Anda lakukan tiap kali teringat pada kekecewaan tersebut?

Salah satu solusi yang dapat Anda coba adalah terapi kentang.

Kentang yang dimaksud bukanlah produk nabati, tapi singkatan dari "KENa TANGgung".

Caranya sederhana:

Berikan rangsangan sensual terhadap diri sendiri, boleh juga dibantu pasangan (sebaiknya pasangan yg sudah mengenal limit Anda). Berikan rangsangan sampai dekat sekali dengan O, sampai anda sangat amat ingin sekali O. Kemudian hentikan segala rangsangan sesaat sebelum Anda meledak.

Perlu diperhatikan bahwa Anda harus harus mencapai tahap "sangat amat ingin sekali meledak" lalu berhenti secara tegas, tanpa toleransi dan tanpa belas kasihan.

Tujuannya tak lain adalah membuat limbik/otak reptil dalam batok kepala Anda merasakan kekecewaan yang amat sangat. Jauhi segala kegiatan seksual selama minimal 48 jam. Itu waktu minimal yang diperlukan tubuh untuk upgrade, memperbaiki cedera ringan dan mulai menumbuhkan sel-sel baru sesuai dengan kebutuhan terkini.

Terapi macam ini akan mengajar otak reptil Anda agar lebih sabar, toleran dan mampu menghadapi kegagalan tanpa jadi kalap dan bikin kacau kinerja otak yang lain.

Tentu tidak cukup sekali. Ulangi beberapa kali hingga Anda berevolusi jadi orang yang lebih cool saat mengalami kekecewaan.

Sesederhana itu.

Oh, satu catatan penting. Perlu berhati-hati jika terapi dibantu oleh pasangan/teman. Jangan sampai bawah sadar mengasosiasikan si pasangan dengan "kentang" apalagi dengan "kekecewaan". Bisa-bisa bikin kita secara tak sadar ingin menjauhi... atau sebaliknya, malah terobsesi dan tergila-gila (malah jadi bahaya baru tuh).

Selamat mencoba :)

21 Agustus 2013

Menyingkirkan Ahok Center

Beberapa hari yang lalu saya baca berita kasus Koh Ahok yg tersandung "Ahok Center". Tampak jelas berbagai pihak begitu cekatan memanfaatkan momentum untuk mengenyahkan relawan-relawan tsb.

Saya heran, apa urgensinya menyingkirkan para "relawan" tersebut? Bukankah bagi rakyat justru menguntungkan jika kinerja orang-orang dinas lebih terawasi, apalagi selama puluhan tahun ini pejabat DKI memang terkenal kurang jujur kan?

Sambil nongkrong mendengarkan gemericik air, tiba-tiba saya tercerahkan dan punya bahan untuk update blog.

Jadi gini masbro, mbaksis...

16 Agustus 2013

Menulis


"Guh, lu suka nulis jurnal?" Tanya seorang gadis secara tiba-tiba. Mengawali sebuah cerita kalau dirinya telah lama jadi malas update buku harian.

Yang dimaksud jurnal adalah buku harian fisik. Kertas dan tinta. Beliau melakukannya seperti para leluhur kita di zaman purba dulu :P

Mungkinkah sejak kenal saya jadi banyak hal yang tidak layak ditulis di buku tersebut? Ah, tentu tidak boleh kita bergunjing di sini. Apalagi kalau yang bersangkutan membaca, bisa-bisa saya ditimpa quota atau FUP. Lagian bukan itu inti update kali ini.

Lalu?

Ya.. Ditanya begitu saya jadi ingat kalau saya pernah bisa ngeblog. Pernah bisa nulis walau asal-asalan.

Jadi ingat ada yang pernah bilang bahwa kemampuan menulis itu bagaikan menggunakan otot. Kalau sering dipakai akan terlatih, kencang, seksi dan semakin efisien hingga semakin sedikit energi yang dibutuhkan untuk bekerja. Tapi kalau jarang dipakai akan kendur, menyusut, dan akhirnya dikanibal sendiri oleh tubuh karena disangka tidak diperlukan lagi.

Jadi ingat juga bahwa kegiatan menulis itu bisa menyenangkan. Memicu otak melepaskan hormon-entahapaitu yang memicu rileksasi dan rasa senang. Terlepas dari apakah ada yang membaca atau tidak.

Jadi ingin saya belajar menulis lagi. Mungkin di sini. Mungkin juga di tempat lain yang lebih anonim.

Jadi dengan ini saya ucapkan pada diri sendiri: selamat datang kembali, untuk yang kesekian kali di dunia tulas-tulis :D

Horee...

*tepuktanganbergemuruhdikhayangan