23 Februari 2014

Berkah dibalik Lelang Keperawan

Bayangkan jika suatu hari kamu sukses melelang keperawanan.

Selaput kamu dibeli sangat mahal oleh pangeran tampan kaya raya dari negeri yang selama ini kamu puja dan kamu import agamanya, tradisinya hingga pola pikirnya.

Melihat kesuksesan kamu melelang selaput...

Para cabe-cabean dan gadis amoral yang telah ceroboh menghilangkan keperawanannya akan berfacepalm berjamaah dalam kepedihan.

Aura penyesalan, iri serta dengki mereka akan mencerahkan dan menginspirasi para gadis-gadis perawan yang selaput hymen-nya masih agar lebih disiplin dalam menjaga kesuciannya.

Begitu :P

10 Februari 2014

vagina, merokok, win-win solution

Ini sunguh konspirasi yang keji

Hm . . . .

Hei, kamu kok diam saja?

Ya kalau mau cerita langsung cerita saja sih!

Itu para akhwat ditipu dengan iklan cairan pembersih vagina yang menjanjikan kebersihan dan kekesatan. Setelah rajin memakai malah efeknya jadi kering dan pedih saat dipakai menyenangkan suami. Saat kekeringan itu dikeluhkan, para pedagang dengan cepat menyalahkan hormon atau usia yang mendekati menopause, lalu jualan pelumas sintetis. Nekat tanpa pelicin tambahan, ancamannya iritasi hingga infeksi, bisa-bisa suami malah tak terlayani lalu jajan atau poligami.

Aaah, itu kamu saja yang keburu menghakimi. Belum melihat secara utuh sudah menuduh ini konspirasi remason wahyudi dan mamarika.

Lho? Jelas-jelas kejam begitu kok menyangkal.

Para ukhti korban sirih itu bukan orang sembarangan. Mereka golongan yang merindukan surga. Bagi kebanyakan dari mereka, seks hanyalah pengabdian, wujud kepatuhan pada suami, sebagai salah satu jalan menuju surga. Sejak kecil sudah diindoktrinasi begitu. Tidak cuma mereka, tapi suami mereka juga yakin bahwa vagina yang sehat adalah yang kering dan kesat. Pedih bukanlah masalah besar dalam rangka ibadah menyenangkan suami. Kalaupun terjadi iritasi, infeksi atau kehambaran yang menyebabkan suami poligami, itu justru memperluas ladang amal. Kesabaran dalam mengizinkan suami menambah istri akan jadi sumber pahala yang menjamin masuk surga.

Huh, begitu ya?!?

Be Gi Tu. Haha.
Justru ketika terjadi infeksi ditambah pedihnya hati akibat suami kawin lagi, terus nelangsa, sakit, mati... kan jadi cepat masuk surga. Mantap kan? Win-win solution banget. Industri sirih botolan senang,  pedagang senang, suami senang, istri pun senang dan semakin dekat surga. Semuanya senang. Yang tidak senang hanya kamu seorang!


Ooo... yeaaa.... ?

Iyaaa...! Malah ketika ada masalah kekeringan yang kerontang, terbukalah pasar lebar untuk jualan berbagai seminar seputar foreplay. Karena kekeringan itu pastilah akibat suami egois yang tak mampu memberi cukup foreplay.

Kalau gitu kasusnya sama saja dengan rokok yang kamu benci banget itu. Itu kamu saja yang wawasannya sempit. Gak tahu apa-apa tapi sok menghakimi dan sok anti rokok.

Hihi, ini kenapa tiba-tiba jadi rokok? Sama apanya?

Argumen kamu anti rokok apa? Mengancam kesehatan? Bikin kecanduan? Pemborosan?

Yup. Lalu?

Itu akibat kamu berpikir sempit. Sebenarnya para perokok bukanlah orang sembarangan. Mereka berasal dari kalangan unik yang gemar bekerja keras. Ada zat tertentu dalam rokok yang meningkatkan kewaspadaan hingga tubuhnya dapat bekerja lebih lama. Produktifitas seorang perokok lebih tinggi jika merokok dibandingkan tanpa rokok.

Tapi rokok tidak gratis, harus ada uang dan kesehatan yang dikorbankan, termasuk kesehatan keluarganya!

Uang dan keluarga siapa yang dikorbankan? Ngapain kamu yang ribut?

Karena itu sama saja memperbudak orang! Para kapitalis rokok domestik maupun internasional menjerumuskan manusia dalam kecanduan merokok, membuat perokok bekerja lebih keras dan mengorbankan begitu banyak hal demi memperkaya para pengusaha rokok. Negara justru ikut serta menunggangi perbudakan ini dengan memungut cukai yang luar biasa.

Aih, istilah memperbudak itu berlebihan. Coba saja kamu tanya seorang perokok, apa mereka merasa diperbudak? Mereka justru senang. Suruh pilih antara makan dan rokok, pasti mereka pilih rokok. Tingkat kebahagiaan mereka juga jauh lebih tinggi, minimal pasti lebih tinggi dibanding aktivis anti rokok yang hobi nyinyir soal rokok.

Cih!!

Haha. Memang nyatanya tidak ada yang susah. Pengusaha rokok senang, buruh-buruh linting senang, petani tembakau juga senang dan seluruh jalur distribusi senang. Termasuk tukang kreatif pembuat iklan beserta para psikolog yang dipakai keahliannya dalam membuat hasutan. Semuanya senang. Perokok pun pastinya juga senang. Yang susah hanyalah segelintir penyinyir anti rokok.

Ya benar juga sih. Toh hanya kalangan tertentu saja yang merokok. Jadi kita biarkan saja?

Iya. Yang penting para perokok itu disediakan tepat agar dapat menikmati rokoknya tanpa mengganggu orang yang tidak merokok. Sambil menyenangkan para perokok, kalau ada yang menikmati sedikit profit tentu tidak jadi masalah.


Ok. Dan biarkan para ukhti bervagina kering itu. Segala iklan obat berbahaya justru akan membuat mereka semakin cepat masuk surga yang selalu mereka rindukan. Yang penting memberi pendidikan pada keluarga kita agar tak terjerumus seperti mereka. Sambil membantu mereka masuk surga, kalau ada yang meraup sedikit profit tentu tak berdosa.

Toss

*) Dialog ini fiksi belaka. Jika ada kemiripan dengan realita, hal itu karena memang disengaja.