tag:blogger.com,1999:blog-5476621946367154652024-03-14T04:27:00.653+07:00GuhAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.comBlogger49125tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-71408326223540483062015-08-06T12:53:00.000+07:002015-08-06T12:53:15.684+07:00Bahaya Miskin dan OrangnyaMiskin menurut <a href="http://kbbi.web.id/miskin" target="_blank">KBBI</a>:<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i>tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).</i></blockquote>
Resiko serba kekurangan, apalagi yang diwariskan turun-temurun, yang paling fatal adalah kurangnya pendidikan. Apalagi dulu saat pendidikan bermutu harganya sangat mahal. Orang tua di rumah tidak waras, pergaulan sehari-hari juga tidak mengajarkan kebijaksanaan, komplit apesnya.<br />
<br />
Kurang pendidikan membuat pikiran cenderung sempit dan lemah. Pertimbangannya sedikit dan mudah diperdaya orang. Untuk meyakinkan orang miskin biasanya tak perlu argumen rumit, pakai intonasi dan bahasa tubuh meyakinkan seringkali sudah lebih dari cukup. Urusannya memang sebatas keyakinan, bukan nalar bukan pula pengetahuan. Asal yakin ya sudah, biarpun sangat bertentangan dengan pikiran sehat juga terus dilakukan.<br />
<br />
Miskin menyebabkan berpikir panjang jadi sulit, untuk sekedar memproses konsekuensi langsung dari tindakan juga otaknya tak cukup kuat. Orang buang sampah sembarangan, ngerokok sembarangan, corat-coret, vandalis dan merusak sembarangan memang tidak terpikir ada yang dirugikan. Andai berhasil terpikir pun sudah mentok, pikirannya tak mampu memproses lagi. Akhirnya daripada otaknya keseleo, selalu pilih persetan dan mengikuti kecenderungan liar bawaan lahirnya.<br />
<br />
Tapi kenapa banyak orang berpenampilan mewah dan tampak berkecukupan tetap buang sampah sembarangan, merokok sembarangan, anak cucunya vandalis, keras dan malingan?<br />
<br />
Itu hanya penampilannya. Siapa tahu sejak kakek buyutnya dulu melarat turun-temurun hingga akibat buruk miskin terpatri jadi tradisi keluarga bahkan sampai terprogram dalam DNA. Kalau tidak berjuang sekarang untuk berubah ya terwariskan lagi ke anak cucunya.<br />
<br />
Miskin juga menimbulkan tekanan hidup yang sangat tidak menyenangkan. Mau apa-apa jadi terhambat. Jangankan sekedar menggaji asisten rumah tangga sesuai UMR, apalagi untuk menikah, lha untuk makan saja rumit! Tiap hari gelisahnya mikirin besok mau makan apa, bayar kontrakan gimana, cicilan rentenir jual apa. Stress tak berujung jelas perlu pelarian terus-menerus supaya tidak gila. Ada yang lari ke alkohol, judi, rokok, game, sex, agama, kekerasan dlsb. Tensi emosi selalu tinggi walau tak punya tekanan darah tinggi. Gampang marah, mudah diprovokasi melakukan kekerasan.<br />
<br />
Bagi hidup bernegara juga berbahaya, karena miskin merendahkan harga diri. Tak peduli sesombong apapun seseorang, kalau miskin ya suaranya murah. 50-100 ribu Rupiah atau malah cuma gombalan surgawi sudah cukup untuk beli suaranya. Ini lebih bahaya dibanding buang sampah atau mencuri singkong tetangga . Suara murah kaum miskin sering diperalat untuk memenangkan penjahat dalam pemilihan pemimpin. Miskin membuat orang tak mampu mempelajari kualitas dan track record calon pemimpin. Yang penting hanya dapat uang sekarang untuk makan, persetan besok, persetan masa depan, apalagi nasib orang senegara, persetan banget.<br />
<br />
Dilihat dari kacamata para jahat yang ingin menjabat, orang miskin jelas sangat menguntungkan. Semakin banyak yang miskin, semakin besar peluang menang. Setelah menang, tentu saja harus melestarikan dan memperbanyak kemiskinan untuk persiapan ditunggangi lagi dalam pemenangan pemilu yang akan datang.<br />
<br />
Orang baik yang berhasil menjabat semestinya segera mengatasi kemiskinan beserta segala keburukan yang menyertainya. Sebelum kemiskinan itu ditunggangi oleh para jahat untuk menggulingkan pemerintahannya.<br />
<br />
Jadi sampai tulisan ini diketik, seberbahaya itulah yang disebut kemiskinan. Bahayanya tidak cuma mengancam si pengidap serta anak-cucunya, tapi adalah ancaman serius bagi tetangga dan sebenarnya bagi seluruh negara. Idealnya, setiap warga mewaspadai lingkungannya hingga begitu ditemukan ada pengidap langsung gotong royong memberi solusi agar segera sembuh dan bebas dari segala efek buruknya.<br />
<br />
Sayangnya saat ini lebih banyak yang tak peduli. Jangankan mikirin tetangga, mikir diri sendiri aja nggak sempet... Kalau bukan karena masih merasa miskin, ya sibuk update status.<br />
<br />
Ok cukup, waktunya cari duit buat beli waktu sama membebaskan diri dari kemiskinan. Enaknya ditutup dengan pertanyaan iseng untuk stretching pikiran...<br />
<br />
Jika ada keburukan <u>bertema kemiskinan</u> <u>selalu terjadi</u> mengikuti kemiskinan dan orang miskin, yang boleh dikambinghitamkan manusianya atau kemiskinannya?<br />Jika ada keburukan <u>bertema agamis</u> <u>selalu terjadi</u> mengikuti ajaran agama dan orang beragama, yang boleh dikambinghitamkan manusianya atau agamanya?<br />
Kalau "tema agamis" atau "kemiskinan" barusan diganti yang lain gimana?<br />
<br />
Semoga saat kamu membaca ini, kemiskinan hanya bisa ditemui dalam pelajaran sejarah manusia saja.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-59187402462821888812015-08-03T20:26:00.000+07:002015-08-03T20:26:16.660+07:00Yth Pelaku CurhatSejak awal penting sekali kamu jelaskan pada si pendengar agar mengerti apa yang sebenarnya kamu perlukan: Saran dan solusi dari masalah absurdmu atau hanya sebatas ingin didengarkan?<br />
<br />
Kok gitu lho...<br />
<br />
Otak manusia itu terbentuk dari jutaan sel-sel yang pengoperasiannya membutuhkan banyak energi. Adalah pemborosan yang menyedihkan sudah berlelah-lelah menyimak dengan serius, berpura pintar cari solusi, meramu penyampaian menggunakan bahasa yang kamu pahami, eh ternyata yang kamu perlu hanya sebuah pendengar yang tidak perlu punya pikiran.<br />
<br />
Tapi kalau sebelumnya diberi tahu nanti tidak serius mendengarkan, takutnya sambil dengerin curhat aku malah dianya main game.<br />
<br />
Ya kamu fokus melancarkan curhat saja, tak perlu perhatikan sambilan-sambilan yang bermunculan.<br />
<br />
Tapi mendengarkan orang curhat disambi-sambi itu tak sopan, nanti lost focus gagal menyimak clue penting tentang apa yang aku mau. Misal ingin diraba seperti apa atau ingin diapain bagaimana, atau maunya diajak ngapain dengan cara apaan gituuu.<br />
<br />
Woooh, itu gampang. Sebelum kamu mulai curhat, kasih dia handout seperti di seminar-seminar jadul untuk dia baca sambil mendengar curhat. Pastikan handout tersebut padat dan to the point, sukur dilengkapi ilustrasi menggairahkan supaya langsung paham tanpa kebanyakan nanya.<br />
<br />
Ga mau.<br />
<br />
Baiklah.<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-56516307053983180712015-05-11T12:52:00.000+07:002015-05-11T12:52:45.304+07:00Curhat Tepi HutanDua orang petani duduk kelelahan di tepi hutan, yang satu mulai melempar keluhan.<br />
<br />
Ga imbang yo mas, capek-capek tapi sekilonya untuk beli beras aja kurang.<br />
<br />
<i>Haha, salam gigit jari, ayo hujat si Jokowi.</i><br />
<i><br /></i>
Ojo nyindir mas, tak pacul lho.<br />
<br />
<i>Halah, sampeyan biasane paling semangat nyalahke si cungkring. Bensin entek nganti aki tekor yo mesti salahe Jokuwi. Saben hari kok salame gigit jari, wong sak kampung nganti entek jrijine mas.</i><br />
<i><br /></i>Mbok ojo ngono mas, iku lak mung katarsis. Wani dadi presiden yo mesti siap dihujat pakai logika seadanya macam kita ini. Tapi kali ini saya serius mikir solusi, bukan cuma maki Jokowi.<br />
<br />
<i>Hahah, tenane...? Ngapusi! </i><br />
<br />
Serius ini Mas. Di dunia ini dah terlalu banyak yang produksi. Lha negara-negara yang biasa borong malah kurang semangat. Yo ra ono rego.<br />
<br />
<i>Yaelah masbro, bocah alay korban krim pemutih juga ngerti kalau terlalu banyak penawaran dibanding permintaan, harga pasti tertekan, murahnya bikin marah. Emangnya di batok kepala sampeyan ada solusi apa?</i><br />
<i><br /></i>
Solusinya, kita mesti ekspor agamawan ke negara-negara yang jadi kompetitor kita.<br />
<br />
<i>Kurang tidur mas? Untungnya apa?</i><br />
<i><br /></i>Gini, biar saya jelaskan. Sampeyan ingat kan, bagaimana Malaysia pernah ngirimi kita agamawan yang memicu terror dan kerusakan luar biasa? Kita pakai strategi itu untuk menekan produktivitas negara-negara kompetitor.<br />
<br />
<i>Hmmm.... Ini maksudnya semacam sabotase gitu?</i><br />
<i><br /></i>
Iya. Sekarang kita balas, kita kirimi mereka dengan agamawan-agamawan yang fasih berdakwah pecah belah dan mengadudomba umat. Kita kirim juga ke Vietnam, India, Thailand, Malaysia dan pokoke semua kompetitor kita. Biar rakyat mereka sibuk bermusuhan antar agama, kalau bisa antar sekte dalam satu agama juga dibuat bunuh-bunuhan. Apapun caranya yang penting bikin mereka sibuk memperjuangkan iman sampai berdarah-darah.<br />
<br />
<i>Woooh, saya ngerti. Terus kita susupi birokrasi mereka supaya bikin aturan aneh-aneh bau agama biar rakyat sibuk nggak jelas, di kalangan menengahngehek kita hisap uang pakai tahayul-tahayul agamapreneur, terus di kalangan jelata kita bakari semangat berjuang melawan pemerintah kafir, bom bunuh diri untuk mendirikan negara agama. Keributannya pasti berdarah-darah tuh.</i><br />
<i><br /></i>
Naaah, iya, iya gitu maksud saya. Itu kerusuhannya bakal menyunat habis produktivitas mereka, akan tiba saatnya kita jadi produsen terbesar yang maha esa. Semua negara pemborong bakal bergantung pada kita, tanpa adanya kompetitor, kita berkuasa tentukan harga. Nasib petani kita akan lebih baik.<br />
<br />
<i>Gemblung. Ide kok kejam begitu. Itu namanya persaingan tidak sehat. Tidak etis! Kalau agen kita banyak yang mati gimana?</i><br />
<i><br /></i>
Etis? ETIS?!? Sampeyan ini apa tak sadar toh kalau selama ini kita juga dibegitukan oleh banyak negara lain? Pemerintahan kita aja yang dungu, intelijennya impoten. Diserang bukannya melawan atau minimal bertahan, malahan bergabung sama penyerang untuk menghisap rakyat. Ya kalau banyak yang mati terus kenapa? Toh mereka yakin kalau mati memperjuangkan agama bakal masuk surga. Semua senang, semua menang.<br />
<br />
<i>Hmmm... Anggap saja ide sampeyan masuk akal. Terus piye implementasine? Sapa yang mesti menjalankan dan modali kirim-kirim saboteur?</i><br />
<i><br /></i>
Ya pemerintah dong, lewat intelijen atau apa kek. Mereka kan sudah punya data, siapa saja agamawan kita yang terbukti jago berdakwah untuk membangkitkan kebencian dan kemarahan. Itu semua direkrut saja, dikasih skill intelijen secukupnya, lalu segera dikirim ke negara-negara lawan untuk menghancurkan mereka dari dalam.<br />
<br />
<i>Saya kok masih merasa ini nggak etis ya?</i><br />
<i><br /></i>
Jiaaan... Ini sudah tentang survival, Mas! Tentang masa depan rakyat kita! Sampeyan masih ublekutek ngurus etika? Masak sampeyan pengen etis terhadap negara-negara yang terbukti pernah ngirimi kita pencetak teroris dan membunuh banyak sekali rakyat kita? Sampeyan lebih mbelani musuh, mestinya pantes dicap penghianat bangsa.<br />
<br />
<i>Aih, aih... ojo ngono mas. Apa ndak solusi selain sabotase?</i><br />
<i><br /></i>
Ya ada, misalnya meningkatkan daya serap pasar dengan bikin pabrik pengolahan biar mampu olah sampai barang jadi. Tapi kalau kompetitor terus dibiarkan meningkatkan produksi, ya... bikin sampai puluhan pabrik ga bakalan memperbaiki harga di level petani. Yang untung cuma konglomerat pemilik pabrek. Bagaimanapun kita mesti memanfaatkan dakwah sebagai senjata untuk menyerang balik. Sampai kapan cuma kita saja yang diserang terus, balas lah, pakai senjata yang sama.<br />
<br />
<i>Iya ya.... menarik juga idenya. Tumben. Saya pamit ya mas, mau ke gudang duluan.</i><br />
<i><br /></i>
Monggo.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-4923831162531490362015-04-03T21:23:00.001+07:002015-04-03T21:23:56.672+07:00Merasa DiawasiBeberapa hari ini saya sulit sekali mengakses Facebook. Anehnya satu situs itu saja, yang lain tidak. Sudah gonta-ganti browser pakai Firefox, Chromium, Google Chrome, Opera, UC Browser sampai Dolphin, baik di PC maupun di Android hasilnya sama. Loadingnya lelet amit-amit. Kegiatan <strike>adu ego</strike> diskusi tak bermutu jadi sangat terganggu.<br />
<br />
Saking lamanya menunggu laman tampil, saya bisa sampai ketiduran, atau lebih parah: distracted dan mengerjakan kegiatan lain yang lebih bermanfaat!<br />
<br />
Setelah dua hari tak ada perbaikan, prasangka buruk saya langsung mengarah pada koneksi. Mungkin saya korban <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Bandwidth_throttling" target="_blank">throttling</a> atau <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Internet_censorship" target="_blank">filtering</a>?<br />
<br />
Ternyata memang fesbukan kembali lancar jika koneksi tidak langsung menuju Facebook, tapi memutar <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Virtual_private_network" target="_blank">mengendap-endap</a> dulu lewat Hongkong. Ada apa ini ada apa? Saya diawasi? Jadi sekarang Facebook selevel dengan situs mesum hingga saya wajib foreplay dulu setiap ingin masuk?<br />
<br />
Ga masalah juga sih, mungkin malah bagus.<br />
<br />
Cerita belum selesai, ada satu keanehan lagi...<br />
<br />
Kemarin, belum lewat satu hari berlalu sejak saya mengeluhkan soal <a href="http://guhpraset.blogspot.com/2015/04/pengalaman-pakai-xiaomi-mi-3w-puas.html" target="_blank">Mi 3W</a> yang gagal dicek keasliannya. Siang tadi, disebabkan sesuatu yang saya tidak perlu ceritakan, saya tergerak untuk mencoba cek lagi keaslian handphone tersebut dan hasilnya persis yang Anda duga:<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-rAOvCBjeQUQ/VR6byFViUTI/AAAAAAAACEc/0u1UfJvfEaw/s1600/Xiaomi%2BMi%2B3W.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-rAOvCBjeQUQ/VR6byFViUTI/AAAAAAAACEc/0u1UfJvfEaw/s1600/Xiaomi%2BMi%2B3W.png" height="178" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Asli! Hasil uji di https://jd.mi.com/ </td></tr>
</tbody></table>
Handphone jadi asli!!!!!!! Yap, layak diberi tujuh tanda seru. Karena asalnya ini barang unverified, alias tidak asli sejak Oktober 2014. Kenapa sekian bulan setelahnya, hanya satu hari sejak dikeluhkan langsung berubah jadi asli banget?<br />
<div>
<br /></div>
Dua kebetulan yang aneh dan berturut-turut ini lumayan berhasil membuat saya merasa diawasi, haha.<br />
<br />
Terima kasih yaa ;) Siapapun dan apapun Anda, semoga kebahagiaan, kesehatan dan penghasilan sampeyan naik 2x lipat dan terus meningkat setiap bulan. *ngomong ke webcam yang tampaknya mati*<br />
<br />
Ahem...<br />
<br />
Tentu ada banyak kemungkinan yang kalau diselidiki bisa saja membatalkan rasa ge'er saya. Tapi saya memilih berhenti di tahap ini aja lah. Jangan terlalu kritis kalau urusan senang-senang, kapan lagi narsis seaneh ini, mwahaha.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-90051776814761532812015-04-02T03:14:00.000+07:002015-04-03T21:26:50.185+07:00Pengalaman pakai Xiaomi Mi 3W: PuasSudah sejak 31 oktober 2014 saya beralih ke Xiaomi Mi 3W dari Fonepad <a href="https://guhpraset.wordpress.com/2014/07/30/review-asus-fonepad-k004/" target="_blank">ME371MG</a>. Berapa bulan tuh sampai sekarang? Nah, iya segituan lah.<br />
<br />
Saya memang janji untuk segera review pada seseorang yang darinya saya mendapatkan Xiaomi ini, tapi tak kunjung terlaksana karena berbagai alasan, diantaranya adalah <a class="g-profile" href="https://plus.google.com/110023707389740934545" target="_blank">+Hugo Barra</a> yang tidak tepat dalam janjinya melepas kernel. <a href="http://forum.xda-developers.com/showpost.php?p=55937900&postcount=1" target="_blank">Barusan</a> saja dia berubah pikiran dan akhirnya rela membuka <a href="https://github.com/MiCode/Xiaomi_Kernel_OpenSource/tree/cancro-kk-oss" target="_blank">kode</a> yang <strike>sudah tidak</strike> ditunggu lagi oleh banyak pengguna Xiaomi seri ini.<br />
<br />
Ok, tak usah banyak alasan lagi, langsung saja pengalaman pakai ini.<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-m_j9MlnKMzA/VRxCUIPe0oI/AAAAAAAACEM/HSNhYk7nOwY/s1600/Xiaomi%2BMi%2B3W.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-m_j9MlnKMzA/VRxCUIPe0oI/AAAAAAAACEM/HSNhYk7nOwY/s1600/Xiaomi%2BMi%2B3W.jpg" height="72" width="400" /></a></div>
<br />
<b>1. Cina banget</b><br />
<b><br /></b>
Mungkin ini disebabkan karena yang saya pakai ini bukan versi resmi Indonesia, jadi banyak aplikasi bawaan yang masih pakai tulisan Cina. Bahkan app market, sampai urusan ganti theme pun dipaksa masuk ke halaman yang penuh tulisan Cina. Perlu semalaman begadang hanya untuk berhasil install google play store -_-<br />
<br />
Untuk mengenyahkan bloatware sampah itu perlu <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Rooting_Android" target="_blank">ngeroot</a>. Tapi walau root tidak menghanguskan garansi Xiaomi, rasanya tanggung jika tanpa sekalian ngoprek, padahal ngoprek itu hal yang sangat sulit dilakukan kalau kodenya saja baru dilepas kemarin.<br />
<br />
<i>Iya iya, ini saya cuma bergaya saja sok techy, sebenarnya setelah kode diumbar pun saya tidak tahu caranya memanfaatkan kernel itu, huhu. Tapi keren kan? eits, ga boleh main pentung.</i><br />
<br />
Akhirnya setelah sekian bulan menggunakan jadi terbiasa juga pakai interface MIUI. Masukkan saja semua aplikasi sampahnya itu dalam folder bernama junk dan ganti pakai app versi internasional dari google play store. Walau belum mengenyahkan bloatware, CPU quad corenya memang kuat, jadi operasi tetap ringan dan responsif.<br />
<br />
<b>2. Tapi tidak secina hape Cina biasa</b><br />
<b><br /></b>
Kalau kamu pernah pakai hape Cina biasa, pasti kamu tahu dong deritanya bagaimana. Baterai boros gajelas lah, layar ngeblur lah, GPS ga bisa ngelock lah (khas kutukan <a href="http://forum.xda-developers.com/showthread.php?t=2063255" target="_blank">MTK</a>), susah konek internet lah, konektor usb goyang lah, RAM kekecilan lah, dsb yang membuat kita menyesal lahir batin dunia akhirat sudah buang duit untuk hape yang walaupun punya core quad atau octa tapi kinerja nista luar biasa.<br />
<br />
Semua kutukan itu ga bakalan menimpa kamu kalau pilih Mi 3W ini. Layar IPS dilindungi Corning Gorilla Glass 3, tak perlu lagi pelindung layar yang bikin hape buram dan murahan. Konektor USB lulung, eh, charging maupun jack earphone kencang selalu perawan ga pake goyang. GPS sensitif Glonass pula, numpang mobil yang ribennya agak mahal tetap bisa lock akurasi 10-5 meteran.<br />
<br />
Baterai juga besar, jadi misal GPS betulan khusus mobil itu bisa tahan 2 jam, pakai Mi 3W malah bisa <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=com.waze&hl=in" target="_blank">waze</a>-an jauh lebih lama dari itu, kalau tak salah selama perjalanan Jkt-Indramayu pp lah, dan itu juga sambil streaming lagu via bluetooth ke tape mobil. Memori 2 GB-nya bisa untuk multitask macam-macam, misal untuk membacakan buku keras-keras, sambil navigasi menunjukkan jalan, sambil sesekali diganggu chatting, sekaligus tanpa ada app yang harus terbunuh. Koneksi internet untuk browsing langsung dari hp atau sebagai hotspot wifi maupun modem usb semua lancar.<br />
<br />
<a href="http://www.gsmarena.com/xiaomi_mi_3-5678.php" target="_blank">Spesifikasi</a> benar-benar nayamul, rasanya tak kalah dan malah lebih berfungsi dan lebih responsif dibanding hape punya saudara yang harga belinya 7 jutaan. Dan yang mengagetkan ke-udik-kan saya adalah sensor <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Near_Field_Communication" target="_blank">NFC</a>, ternyata ini HP ini bagian punggungnya bisa dipakai untuk baca <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=sybond.poc.ektpread" target="_blank">e-ktp</a> sampai <a href="https://play.google.com/store/apps/details?id=id.co.bankmandiri.mandiriemoneynfc" target="_blank">refill e-money</a>.<br />
<br />
<b>3. Tapi ukurannya agak kegedean</b><br />
<b><br /></b>
Untuk yang sering pakai celana jeans ngepas macam saya, ukuran MI 3W ini cukup meresahkan. Dikantongi di kantong pantat, takut kedudukan lalu bengkok macam Iphone 6. Dikantongi di jaket, takut jatuh pas naik motor. Dikantongi di saku depan, kaki sulit ditekuk.<br />
<br />
Solusi: Pakai celana cargo yang lebih longgar. Selain lebih sehat untuk testis, Xiaomi pun bisa dikantongi. Atau bawa tas, itu lebih aman, tubuh akan jadi lebih jauh dari sumber radiasi seluler.<br />
<br />
<b>4. Daya tahan</b><br />
<b><br /></b>
Desain memang bukan grade militer, tapi yang saya pakai ini sudah jatuh beberapa kali sampai peot sedikit di keempat sudutnya, namun masih berfungsi 100%. Oh iya itu, desainnya memang licin, kalau tangan kuli tak biasa pegang barang cantik, sebaiknya pakai kondom saja yang anti selip, atau sekalian rantai ke leher.<br />
<br />
<b>5. Keaslian sempat meresahkan</b><br />
<b><br /></b>
Konon, seri ini banyak palsunya. Punya saya ini tidak lolos aplikasi <a href="https://jd.mi.com/" target="_blank">uji keaslian</a>, tapi uji performa, spesifikasi dan cek kelengkapan sensor pakai aplikasi sembarang kok menunjukkan lengkap dan setara seperti aslinya. Jadi? Ya putuskan saja bahwa ini produk asli dan app uji keaslian itu saja yang buggy, biar tentram. Ya memang kalau mau beli apapun, pastikan dari tempat resmi dan terjamin.<br />
UPDATE: <a href="http://guhpraset.blogspot.com/2015/04/merasa-diawasi.html" target="_blank">Sudah dites lagi, ternyata ASLI</a>!<br />
<br />
<br />
Daaah, sementara itu dulu. Penampilan lebih lengkap bisa cek di situs <a href="http://www.mi.com/en/mi3/" target="_blank">Mi 3W</a>.<br />
<br />
Dengan ini janji saya lunas ya, selunas janjinya Om Hugo. Hehe.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-54283122082947620202014-11-02T09:44:00.000+07:002014-11-02T09:47:38.126+07:00Mental Budak Pembayar PajakYang sedang dibicarakan adalah para pembayar pajak di Samsat Cibinong. Menurut saya mereka kebanyakan bermental budak. Budak yang terbiasa menunduk-nunduk hormat pada para ndoro birokrat, pasrah nungging memuaskan syahwat para pegawai samsat.<br />
<br />
Ini hasil pengamatan saya terhadap warga kabupaten Bogor yang berusaha membayar sendiri pajak kendaraan bermotor, beberapa minggu lalu:<br />
<br />
1. Waktu masuk loket pendaftaran mau bayar pajak, rakyat akan ditanya "Mana mapnya?", lalu si rakyat jelata akan menurut saja diarahkan membeli ke fotokopian terdekat. Nanti setelah map itu diserahkan dengan hormat kepada si bapak penjaga loket, KTP dan STNK akan dijepret diluar map. DILUAR MAP! Kenapa harus map kalau fungsinya cuma buat njepret KTP dan STNK? Bukankah sehelai kertas pun bisa? Atau akan lebih irit jika pakai lembar plastik berpenjepit apa kek yang tahan dipakai berjuta kali. Tapi budak jelata, tidak tidak akan berani usil berpikir sampai ke situ. Pilih manut.<br />
<br />
2. Dari loket pendaftaran, pembayar pajak dilempar ke loket pemeriksaan berkas. Di sini dia akan dibentak oleh petugas kampret: "ITU DIISI DULU!!" sambil menunjuk sehelai kertas putih yang dijepret di map. Jika Anda yang dibegitukan, mungkin akan balik bentak "Hei muka babi, kamu saja yang tulis! Tua bangka pemalas
di loket pendaftaran memang kasih ini dalam keadaan kosong, sekarang kau bentak aku suruh tulis tanpa sediakan alat tulis pula!?! Saya ini mau bayar pajak bung, bukan mau ikut kuis remedial". Tapi wajib pajak di Bogor tidak begitu, mental budaknya justru membuat mereka merasa sangat berdosa karena tidak bawa alat tulis waktu bayar pajak. Lalu dengan panik berusaha meminjam ke pengunjung yang lain, kalau punya duit ya kembali ke warung tadi untuk beli. Lalu dengan menunduk patuh kertas itu diisi sendiri supaya ndoro petugas tinggal tanda tangan layaknya boss besar. lalu merobeknya dan menyerahkan robekan itu untuk pegangan si budak sebagai bukti dia bagian dari pengantre. ROBEKAN.<br />
<br />
3. Dari loket pemeriksaan berkas, para budak disuruh menunggu sambil diasapi rokok yang entah asalnya dari mana. Saya lihat para pengunjung tidak ada satupun yang merokok. Mungkin asap itu berasal dari para ndoro terhormat yang klepas-klepus di dalam loket. Para budak tidak ada yang mengeluh, dan memang tidak perlu, karena toh sehari-harinya sudah biasa diasapi oleh budak perusahaan rokok di halte bahkan dalam angkot.<br />
<br />
4. Setelah beberapa menit menunggu, lalu dipanggil petugas di loket kasir, setiap kali panggil sekaligus sepuluhan orang sehingga terbentuk kerumunan budak di depan loket yang mengganggu lalu lintas budak-budak berkepentingan lain yang sedang dipingpong antar loket. Nanti setelah membayar sambil menunjukkan robekan kertas, dapat bukti pembayaran beserta kembalian yang selalu dibulatkan ke atas. Kalau kembalian dibawah seribu rupiah tidak akan dikembalikan. Anehnya para budak yang jadi korban korupsi justru membela pelaku dengan "Alah, ndak papa, kan cuma setahun sekali ini, lagian hasilnya tak seberapa kok, korupsi begituan dapatnya tak akan lebih dari 100jt per tahun". Ya namanya juga budak, ditindas malah membela yang menindas.<br />
<br />
5. Setelah dipungli, para budak harus menunggu lagi, sambil aroma-terapi tembakau lagi. Bisa sambil melihat budak-budak yang lain dikerjain ndoro-ndoro samsat. Untungnya ada dua TV LCD pengalih perhatian yang menayangkan acara hewan-hewan unik. Cocok banget lah, budak yang sedang diperbudak, duduk manis nonton video hewan.<br />
<br />
6. Setelah puas nonton hewan dan proses birokrasi selesai, nanti dipanggil lagi oleh petugas di loket penyerahan. Si petugas akan memanggil dengan gaya serupa, sering suaranya sengaja bertabrakan dengan loket kasir hingga sulit didengar. Tapi para ndoro petugas tak peduli, toh yang dilayani hanya manusia kelas budak yang tak akan mengeluh walau diperlakukan semena-mena. Ndoro petugas yang berkerumun di situ tugasnya ya cuma itu, memanggil dan menyerahkan map.<br />
<br />
Jadi setelah proses selesai, budak pembayar pajak akan menerima satu map. Bagian luar map ada KTP dan STNK yang sejak awal dijepret. Di dalam ada selembar bukti tanda bayar pajak. Tidak akan diberi plastik baru, apalagi dirapikan sekalian dalam plastik, hanya ada plastik aslinya yang sekarang sudah semakin rusak kena jepret.<br />
<br />
Subhanallah, betapa nrimonya pembayar pajak di Kabupaten Bogor ini. Propertinya dirusak dengan jepretan, diperlakukan tidak hormat, dipungli, tapi tetap senyum sumringah karena karena bisa membayar pajak pada negara. Entah sumringah karena sudah memenuhi kewajiban bayar upeti, atau karena sudah memuaskan syahwat para ndoro petugas Samsat.<br />
<br />
Oh iya, diatas itu belum cerita soal bagian pengambilan plat nomor
yang dipungut pungli paling sedikit IDR 10.000 lho. Warga Bogor yang antre di situ
lebih sinting lagi kadar hormatnya pada ndoro-ndoro petugas di workshop plat
nomor. Sudah antrenya dijemur kepanasan, ndak dikasih tempat duduk, masih dipungli minimal 10 ribu untuk motor (mobil entah berapa rupiah).<br />
<br />
<br />
Entah kenapa negara ini mempekerjakan ndoro-ndoro seperti itu untuk
melayani. Bertahun-tahun, gonta-ganti presiden tetap saja dibiarkan begitu.<br />
<br />
Untung saja para pembayar pajak di kabupaten Bogor ini memang masih bermental budak, walau dihinadinakan semena-mena begitu tetap pasrah dan nrimo. Kalau di tempat lain mungkin sudah di***** semua itu para ndoro sekalian sama kantornya.<br />
<br />
Namanya juga warga kabupaten bogor. Maklum lah.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-62373338300827013842014-10-10T00:00:00.000+07:002014-10-10T11:15:33.087+07:00Sipil atau Militer, Ada Tapinya"Dipimpin militer atau sipil?"<br />
"Ya gimanapun pilih sipil lah! Kecuali kalau lawannya radikal Islam, baru gw pilih militer"<br />
<br />Masih begitu terus pendapat banyak orang di banyak forum.<br />
<br />Jadi wajar kalau militer selalu punya hubungan benci tapi cinta dengan kelompok radikal. Wajahnya kelihatan tak akur, tapi sering dicurigai ikut mendanai, membiarkan, atau diam-diam giat melestarikan.<br /><br />"Usut siapa dibelakangnya, cari tahu siapa yang mendanai!" kata Ahok yang sepertinya yakin betul bahwa Polisi sebenarnya juga sudah tahu.<br /><br />Mungkin benar, selama ini juga sudah tahu, tapi ya karena itu tadi. Terror dan kekacauan yang ditimbulkan kelompok radikal, memang menguntungkan militer.<br />
<br />
Memang berat sekali, kalau kita harus menolak sesuatu yang sangat lezat dan menguntungkan kita. Pasti lebih berat dari menolak keperawanan.<br />
<br />
<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-36078392747237062882014-05-21T21:11:00.001+07:002014-05-21T21:11:55.427+07:00MusuhBerbagai ketakutan atau keengganan yang terasa setiap kali ingin mengatakan atau melakukan yang benar itu sebabnya apa kalau bukan dalam rangka jualan? Takut dagangan ndak laku.<br />
<br />
Yang dijual? Ya harga diri, untuk memuaskan lawan transaksi, demi dapat keuntungan berupa kenyamanan dan keamanan.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Waktu Pak Bos ngajak korup, tak berani bantah karena dapat mengancam keberlangsungan nafkah, mengganggu kelanjutan karir. Waktu Bu Ustajah berisik merem melek pake toa, juga takut protes, karena bisa dimarahi dan dibenci emak-emak sekampung. Waktu ada orang merokok dalam angkot, juga takut untuk memperingatkan, karena bisa mengancam citra kita sebagai jelata tolol yang saling nrimo dan bertoleransi.<br />
<br />
Memang sejak kecil kita didoktrin untuk toleran, ramah, jadi bangsa yang ramah
dan pengertian pada siapapun.Untuk selalu takut menyinggung perasaan orang. Saking kelewat ramahnya, di
salah satu kampung saya di Balaraja sana, guru relijius yang meyodomi
beberapa anak kecil cuma diusir, bukan dihukum. Mungkin takut menyinggung perasaan si tukang sodomi, tanpa memikirkan perasaan korban-korbannya :))<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Nah, tadi saya baca entah di mana, Ahok kurang lebih bilang gini: "1000 orang teman masih kurang, 1 musuh sudah kebanyakan.... Itu faham para pedagang. Tapi kalau mau membersihkan sistem yang korup, tiap hari kita bisa menciptakan 1000 musuh."<br />
<br />
<br />
Wah, bener juga ya. Dalam sistem yang busuk, mengusahakan kebenaran pasti mengancam nafkah orang yang hidupnya dari kebusukan. Lha kita saja sering rela jual harga diri demi kenyamanan dan keamanan, apalagi orang-orang yang kebahagiaan hidupnya bergantung pada lestarinya kebusukan? Jadi kalau situ orang bener ya ga usah manja atau sok njawani. Dapet musuh itu niscaya, nikmati aja.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-19832816329778006292014-05-16T16:30:00.002+07:002014-05-16T16:30:31.589+07:00distractionketika akhirnya 'sempat' menekan new post dan mulai menulis, ada saja halangan yang muncul.<br />
entah harus keluar sebelum kantor x tutup, entah kucing berisik minta makan, atau telpon masuk dan berini-itu, atau pandangan ke keyboard terhalang kumis yang sudah minta dicukur.<br />
<br />
nanti malam sebelum tidur paling lupa mau nulis apa. mungkin malah fesbukan.<br />
<br />
<br />
ada saja alasan untuk menghindari menulis. seperti sekarang. <br />
<br />
<br />
kamu juga begitu?<br />
<br />
aku pergi dulu.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-14313595616044031992014-02-23T12:00:00.000+07:002014-02-23T12:00:01.030+07:00Berkah dibalik Lelang KeperawanBayangkan jika suatu hari kamu sukses melelang keperawanan.<br />
<br />
Selaput kamu dibeli sangat mahal oleh pangeran tampan kaya raya dari negeri yang selama ini kamu puja dan kamu import agamanya, tradisinya hingga pola pikirnya.<br />
<br />
Melihat kesuksesan kamu melelang selaput...<br />
<br />
Para cabe-cabean dan gadis amoral yang telah ceroboh menghilangkan keperawanannya akan berfacepalm berjamaah dalam kepedihan.<br />
<br />
Aura penyesalan, iri serta dengki mereka akan mencerahkan dan menginspirasi para gadis-gadis perawan yang selaput hymen-nya masih agar lebih disiplin dalam menjaga kesuciannya.<br />
<br />
Begitu :PAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-21880776823531070862014-02-10T00:00:00.000+07:002014-02-10T00:00:00.880+07:00vagina, merokok, win-win solutionIni sunguh konspirasi yang keji<br />
<br />
<i>Hm</i> . . . .<br />
<br />
Hei, kamu kok diam saja?<br />
<br />
<i>Ya kalau mau cerita langsung cerita saja sih! </i><br />
<br />
Itu para akhwat ditipu dengan iklan cairan pembersih vagina yang menjanjikan kebersihan dan kekesatan. Setelah rajin memakai malah efeknya jadi kering dan pedih saat dipakai menyenangkan suami. Saat kekeringan itu dikeluhkan, para pedagang dengan cepat menyalahkan hormon atau usia yang mendekati menopause, lalu jualan pelumas sintetis. Nekat tanpa pelicin tambahan, ancamannya iritasi hingga infeksi, bisa-bisa suami malah tak terlayani lalu jajan atau poligami.<br />
<br />
<i>Aaah, itu kamu saja yang keburu menghakimi. Belum melihat secara utuh sudah menuduh ini konspirasi remason wahyudi dan mamarika.</i><br />
<br />
Lho? Jelas-jelas kejam begitu kok menyangkal.<br />
<br />
<i>Para ukhti korban sirih itu bukan orang sembarangan. Mereka golongan yang merindukan surga. Bagi kebanyakan dari mereka, seks hanyalah pengabdian, wujud kepatuhan pada suami, sebagai salah satu jalan menuju surga. Sejak kecil sudah diindoktrinasi begitu. Tidak cuma mereka, tapi suami mereka juga yakin bahwa vagina yang sehat adalah yang kering dan kesat. Pedih bukanlah masalah besar dalam rangka ibadah menyenangkan suami. Kalaupun terjadi iritasi, infeksi atau kehambaran yang menyebabkan suami poligami, itu justru memperluas ladang amal. Kesabaran dalam mengizinkan suami menambah istri akan jadi sumber pahala yang menjamin masuk surga. </i><br />
<br />
Huh, begitu<i> ya?!?</i><br />
<br />
<i>Be Gi Tu. Haha.<br />Justru ketika terjadi infeksi ditambah pedihnya hati akibat suami kawin lagi, terus nelangsa, sakit, mati... kan jadi cepat masuk surga. Mantap kan? Win-win solution banget. Industri sirih botolan senang, pedagang senang, suami senang, istri pun senang dan semakin dekat surga. Semuanya senang. Yang tidak senang hanya kamu seorang!</i><br />
<br />
Ooo... yeaaa.... ?<br />
<br />
<i>Iyaaa...! Malah ketika ada masalah kekeringan yang kerontang, terbukalah pasar lebar untuk jualan berbagai seminar seputar foreplay. Karena kekeringan itu pastilah akibat suami egois yang tak mampu memberi cukup foreplay.</i><br />
<br />
Kalau gitu kasusnya sama saja dengan rokok yang kamu benci banget itu. Itu kamu saja yang wawasannya sempit. Gak tahu apa-apa tapi sok menghakimi dan sok anti rokok.<br />
<br />
<i>Hihi, ini kenapa tiba-tiba jadi rokok? Sama apanya?</i><br />
<br />
Argumen kamu anti rokok apa? Mengancam kesehatan? Bikin kecanduan? Pemborosan?<br />
<br />
<i>Yup. Lalu?</i><br />
<br />
Itu akibat kamu berpikir sempit. Sebenarnya para perokok bukanlah orang sembarangan. Mereka berasal dari kalangan unik yang gemar bekerja keras. Ada zat tertentu dalam rokok yang meningkatkan kewaspadaan hingga tubuhnya dapat bekerja lebih lama. Produktifitas seorang perokok lebih tinggi jika merokok dibandingkan tanpa rokok.<br />
<br />
<i>Tapi rokok tidak gratis, harus ada uang dan kesehatan yang dikorbankan, termasuk kesehatan keluarganya!</i><br />
<br />
Uang dan keluarga siapa yang dikorbankan? Ngapain kamu yang ribut?<br />
<br />
<i>Karena itu sama saja memperbudak orang! Para kapitalis rokok domestik maupun internasional menjerumuskan manusia dalam kecanduan merokok, membuat perokok bekerja lebih keras dan mengorbankan begitu banyak hal demi memperkaya para pengusaha rokok. Negara justru ikut serta menunggangi perbudakan ini dengan memungut cukai yang luar biasa.</i><br />
<br />
Aih, istilah memperbudak itu berlebihan. Coba saja kamu tanya seorang perokok, apa mereka merasa diperbudak? Mereka justru senang. Suruh pilih antara makan dan rokok, pasti mereka pilih rokok. Tingkat kebahagiaan mereka juga jauh lebih tinggi, minimal pasti lebih tinggi dibanding aktivis anti rokok yang hobi nyinyir soal rokok.<br />
<br />
<i>Cih!!</i><br />
<br />
Haha. Memang nyatanya tidak ada yang susah. Pengusaha rokok senang, buruh-buruh linting senang, petani tembakau juga senang dan seluruh jalur distribusi senang. Termasuk tukang kreatif pembuat iklan beserta para psikolog yang dipakai keahliannya dalam membuat hasutan. Semuanya senang. Perokok pun pastinya juga senang. Yang susah hanyalah segelintir penyinyir anti rokok.<br />
<br />
<i>Ya benar juga sih. Toh hanya kalangan tertentu saja yang merokok. Jadi kita biarkan saja?</i><br />
<br />
Iya. Yang penting para perokok itu disediakan tepat agar dapat menikmati rokoknya tanpa mengganggu orang yang tidak merokok. Sambil menyenangkan para perokok, kalau ada yang menikmati sedikit profit tentu tidak jadi masalah.<br />
<br />
<i> </i><br />
<i>Ok. Dan biarkan para ukhti bervagina kering itu. Segala iklan obat berbahaya justru akan membuat mereka semakin cepat masuk surga yang selalu mereka rindukan. Yang penting memberi pendidikan pada keluarga kita agar tak terjerumus seperti mereka. Sambil membantu mereka masuk surga, kalau ada yang meraup sedikit profit tentu tak berdosa.</i><br />
<br />
Toss<br />
<br />
*) Dialog ini fiksi belaka. Jika ada kemiripan dengan realita, hal itu karena memang disengaja.<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-74557743126536832382014-01-27T00:00:00.000+07:002014-01-27T11:01:38.657+07:00solusi wiper berisik walau sudah ganti karetJadi ada sebuah mobil yang sejak beli bermasalah dengan wiper. Setiap kali bekerja membersihkan air selalu berisik. Saat bergerak ke atas normal, tapi giliran menyapu ke bawah seperti kaca terlalu kesat, padahal tidak mengkonsumsi jamu sirih untuk wanita... eh... Dan musim hujan begini suaranya jadi terlalu menghipnotis... grauk...grauk...grauk...<br />
<br />
Sudah coba google dan berbagai bengkel, solusi yang dianjurkan selalu komersil, ganti karet, ganti karet, ganti karet. Padahal karetnya ya masih bagus, tapi tetap juga dibeli walau hasilnya sia-sia. Akhirnya pasrah, diterima saja berisik bertahun-tahun.<br />
<br />
Sampai pecicilan lunas dua kali, itu wiper masih juga berisik.<br />
<br />
Hingga tempo hari ketemu solusinya setelah iseng bermain dengan alat pel aneh yang biasa dipakai ibu-ibu menyingkirkan air banjir. Alat pel itu ujungnya karet, bukan kain. Fungsinya persis seperti wiper untuk menyeka air. Saat bergerak menyeka dengan suduh yang salah, lantai akan terasa kesat. Gerak alat pel juga jadi meloncat-loncat terhadap lantai. Tapi jika sudut karet terhadap lantai tegak atau sekalian doyong ke arah gerakan, gerakan mulus dan senyap.<br />
<br />
Sudah terbayang kan? Persis dengan yang dialami si wiper terkutuk yang bertahun-tahun membuat mobil tidak nyaman. Posisi karet ketika bergerak ke bawah seperti mencangkul. Jelas saja berisik.<br />
<br />
Solusinya ya mudah sekali. Lepas wiper, lalu dengan menggunakan tang penjepit, pelintir sedikir itu batang pegangannya, sedemikian rupa hingga ketika terpasang lagi, posisi karet penyeka dapat tegak lurus terhadap permukaan kaca. Agar ketikananti bergerak menyeka air ke atas maupun ke bawah tidak dengan posisi mencangkul.<br />
<br />
Masalah selesai, wiper pun senyap. <br />
<br />
<br />
Andai dari dulu mau memperhatikan cara kerja alat pel yang aneh itu mungkin tak perlu lama dalam neraka.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-22139978189006111352014-01-26T12:40:00.000+07:002014-01-26T12:40:23.908+07:00Cuci Piring dan PenguasaSaya seorang pencuci piring amatir. Jika sudah kehabisan piring atau panci untuk masak mie instan, dengan sangat terpaksa akan berniat mencuci piring. Seringnya berakhir dengan mencuci sekaligus agar sekalian bersih dan irit sabun.<br />
<br />
Update kali ini saya ingin menuliskan pemikiran yang muncul dari aksi mencuci tadi.<br />
<br />
Saat seorang mengaku mencuci piring, normalnya yang dicuci tidak cuma piring, tapi juga gelas, panci beserta segala perabot yang pastinya punya ukuran dan bentuk tidak serupa.<br />
<br />
Tahapan kerjanya: Dari tumpukan kotor masing-masing disabun, lalu ditumpuk dulu di penimbunan sementara sambil menunggu kotoran luntur sambil menyabun yang lain, lalu setelah semua atau sebagian (tergantung kapasitas ruang penimbunan) selesai disabun, baru deh dibilas sampai bersih. Kemudian ditiriskan atau langsung lempar ke tempat perabot bersih.<br />
<br />
Nah, di tahap penimbunan tersebut selalu terasa kesulitan menyusun segala perabotan yang bentuknya bervariasi ke dalam tempat yang terbatas. Sebagai amatir dengan kompetensi sangat terbatas, tantangan untuk menyusun aneka bentuk agar pas dan aman dalam tempat terbatas itu cukup untuk memicu makian, keluhan, dan sekedar harapan "ah, seandainya semua benda terkutuk ini ukuran dan bentuknya serupa, tentu lebih mudah untuk disusun".<br />
<br />
Di situ saya tersadar, betapa lebih mudah mengelola sesuatu yang seragam dibanding yang bervariasi. Hal yang sama pasti terjadi dalam pekerjaan-jabatan yang lebih bergengsi. Langsung saya ingat pada para pemimpin dan penguasa.<br />
<br />
Sebagai pemimpin yang berkuasa atas sekian banyak manusia, akan lebih mudah pekerjaannya jika para manusia yang dimanage itu seragam. Mengatur sesuatu yang seragam tidak perlu terlalu banyak mikir, satu trik akan efektif untuk semuanya. Seperti piring yang kalau bentuknya seragam lebih gampang ditimbun, gampang diatur, gampang diarahkan dan... dikendalikan untuk tujuan apapun.<br />
<br />
Itulah kenapa kebanyakan pemimpin suka sekali menyeragamkan warganya, pasti karena yang seragam itu lebih mudah diatur, dikendalikan.<br />
<br />
Heh, lalu apakah sepanjang ini bikin tulisan intinya hanya ingin menyampaikan fakta garing nan pasaran tentang bagaimana para pemimpin suka sekali keseragaman???<br />
<br />
Ya ndak cuma itu sih. Dari sini saya juga ingin mencibiri pemimpin yang suka memaksakan keseragaman itu menurut saya kelasnya hanya seperti tukang cuci piring... itupun yang amatir, ecek-ecek. <br />
<br />
Pemimpin yang mampu memimpin itu mampu mengayomi setiap golongan, walau masing-masing berbeda dengan ciri khasnya masing-masing. Pekerjaannya jelas sangat sulit, dia harus banyak mengajarkan musyawarah untuk mufakat, perlu kerja keras membangkitkan rasa saling pengertian dan saling menghormati. <br />
<br />
Tapi yang banyak bertebaran justru pemimpin ecek-ecek. Mereka suka menutupi ketidakbecusannya dalam memimpin dengan mengambil jalan mudah, menggunakan kekuasaan yang diamanatkan untuk memaksakan keseragaman. Menyeragamkan hal-hal yang tidak sepantasnya diselesaikan dengan pemaksaan keseragaman.<br />
<br />
Heh...?<br />
Lalu apa semua yang namanya keseragaman itu buruk? <br />
Batasnya apa? <br />
Siapa yang berhak menentukan batasan?<br />
<br />
Ya monggo dipikir saat mau dan sempat, sambil mencuci juga boleh.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-69284926714557270032014-01-14T15:33:00.000+07:002014-01-30T12:11:10.611+07:00Bahaya Pluralisme<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-CLNvMY4VCUc/UtTVy-_VhEI/AAAAAAAABjE/zfu4Ohvf1pM/s1600/disumpah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-CLNvMY4VCUc/UtTVy-_VhEI/AAAAAAAABjE/zfu4Ohvf1pM/s320/disumpah.jpg" height="239" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Beberapa hari yang lalu, seorang umat Pastafarian yang taat, sambil
mengenakan saringan mie yang melambangkan agama yang dipeluknya, disumpah dalam <a href="http://www.observertoday.com/page/content.detail/id/592593/-Strainer--things-have-happened.html" target="_blank">pelantikan jabatan</a> di New York. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-HXcX0N3xQBE/UtTX-69F8qI/AAAAAAAABjU/WFoncD4b23w/s1600/Flying_Spaghetti_Monster_alone.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
Lihat foto itu? Sekilas tampak bagus ya, indah, damai dan harmonis. Kota NY terbukti <b>pluralis</b> hingga mampu menghormati agama apapun yang dianut warganya, sekalipun agama itu terasa aneh.<br />
<br />
Sayangnya warga New York pasti tidak sadar bahaya mengerikan dibalik sesatnya faham pluralisme yang membuat agama jadi terlalu dihormati. <br />
<br />
Saya coba kasih gambaran beberapa menit...<br />
<br />
<b>Tuhannya sulit dibuktikan tapi wajib diyakini</b><br />
<br />
Sebagaimana kebanyakan agama di planet bumi, umat dari <a href="http://www.venganza.org/" target="_blank">Curch Of The Flying Spagheti Monster (FSM)</a> atau diterjemahkan Gereja Spaghetti Terbang, juga meyakini keagungan dan kesucian Tuhan mereka. Sosok Tuhan mereka kurang lebih seperti ini:<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-HXcX0N3xQBE/UtTX-69F8qI/AAAAAAAABjU/WFoncD4b23w/s1600/Flying_Spaghetti_Monster_alone.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-HXcX0N3xQBE/UtTX-69F8qI/AAAAAAAABjU/WFoncD4b23w/s320/Flying_Spaghetti_Monster_alone.jpg" height="282" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Flying Spaghetti Monster</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dan seperti Tuhan dari agama-agama lain, Tuhan mereka juga sulit dibuktikan keberadaannya. Mungkin, untuk membuktikan keberadaan Tuhan mereka, Anda harus mati terlebih dahulu. Jadi kalau ngotot ingin membuktikan keberadaan sang monste.. eh, Tuhan suci mereka, berarti leher anda harus ditebas pakai pedang, niscaya setelah mati Anda bertemu FSM Yang Maha Kuasa. Walau saya yakin, kalaupun ternyata Tuhan cuma hoax juga Anda tak bisa komplain dan hidup lagi, sudah tewas.<br />
<br />
Sulitnya membuktikan keberadaan Tuhan memang bikin rumit. Bagaimana kita tahu Tuhan versi agama siapa yang benar? Leher yang mahal ini harus ditebas untuk membuktikan Tuhan yang mana? Tuhan FSM? Tuhan Korea? Tuhan Timbuktu? Padahal ditanya langsung juga Tuhan tak akan bisa menjawab.<br />
<br />
Untungnya masalah ini termasuk mudah diatasi, Cukup membabibuta mengimani doktrin warisan orang tua dan mengerem liarnya pikiran, kita akan bisa hidup dengan tenang. Nah yang pasti lebih sulit adalah...<br />
<br />
<br />
<b>Banyak aturan suci dipaksakan</b><br />
<br />
Pasti jadi masalah pelik dan aneh banget jika ada aturan wajib dipaksakan ke banyak orang demi menyenangkan Tuhan yang eksistensinya saja setelah ribuan tahun berlalu masih sulit dibuktikan.<br />
<br />
Misal nih, suatu pagi si Nabi Pastafar mengaku bermimpi bahwa Tuhan FSM menuntut pembuktian iman dengan cara sadis, Pak Nabi harus menyembelih anak perempuannya, euh, terlalu sadis? Ok ganti deh... gini... <br />
<br />
Pak Nabi bermimpi bahwa Tuhan Yang Maha Tahu (catet tuh: Maha Tahu) ingin cari tahu sekuat apa iman Pak Nabi pada Spagheti Monster, lalu menyuruh dia menyayati klitoris bayi perempuan dan mengupasi kulup penis bayi lelaki. Lengkap dengan alasan-alasan ilmiyah sbb:<br />
<ol>
<li>Dapat mencegah HIV (tak perlu repot mengajari prilaku seksual sehat).</li>
<li>Dapat mencegah kanker kulit (logis jika luas kulit dikurangi, maka resiko kanker kulit berkurang)</li>
<li>Dapat lebih bersih (jadi orang tua tak perlu repot mengajari cara membersihkan kelamin yang desainnya gagal banget itu). </li>
</ol>
<br />
Lalu umat yang sudah bersaksi pada kenabian sang nabi dan ketuhanan sang SM (Spagheti Monster) mau tak mau harus mengikuti.
Gimana coba? Sudah 2014 begini, apa masih pantas jika seseorang memutilasi anaknya sendiri hanya berdasarkan mimpi soal Tuhan? Lha SMS yang ada log di operator saja dapat dipalsu demi menjebloskan <a href="https://www.google.com/search?q=sms+palsu+antasari&ie=utf-8&oe=utf-8" target="_blank">Antasari</a> ke penjara, apalagi sekedar mimpi tanpa bukti. Bisa saja itu akal bulus si bapak yang punya kelainan seksual sengaja menjual nama Baso Suci sebagai pembenaran. Tapi ya tidak terlalu masalah juga selama itu hanya dipaksakan atas kalangan yang memeluk, salahnya sendiri meluk begituan.<br />
<br />
<br />
<b>Konflik para saleh vs Masyarakat</b><br />
<br />
Masalah selanjutnya, gimana kalau Pak Nabi Pastafarian mewajibkan setiap perempuan menggunakan saringan mie di atas kepala, untuk menjaga syahwat lelaki supaya tidak menjadi liar hingga tertarik melakukan seks luar nikah.<br />
<br />
Teorinya agak masuk akal, lelaki waras mana yang gampang horny pada perempuan yang kemana-mana kepalanya ditutupi saringan mie demi menjauhkan lelaki dari serangan syahwat. Tapi dijamin jadi masalah ketika ada perawan saleh di bangku SMA yang memaksa ingin sekolah dengan tetap memakai saringan mie dikepala demi memperjuangkan kebaikan versi agamanya. <br />
<br />
Niatnya memang mulia, agar teman-teman lelakinya dijauhkan dari pikiran mesum. Tapi hal itu menempatkan sekolah dalam dilema. Jika dilarang, mungkin sekolah akan dilaporkan ke polisi karena melanggar kemerdekaan beragama. Tapi jika diijinkan, bagaimana jika prilaku tersebut diikuti umat agama lain, ikut-ikutan ingin memaksakan kostum religiusnya masing-masing? <br />
<br />
Sebagai tempat cuci otak yang memaksakan keseragaman, sekolah tentu tidak bisa membiarkan anak didiknya terlalu bebas dalam berpakaian.<br />
<br />
<b>Memecahbelah, mengadudomba warga</b><br />
<br />
Baru berusia berapa tahun saja para pemuja itu sudah pecah jadi berapa sekte. Ada yang meyakini basonya yang suci, ada yang ngotot mienya yang suci, dlsb. Jadi bukannya kompak mencerdaskan, malah jadi ajang pembodohan konyol yang mengadudomba dan menghabiskan energi warga jelata.<br />
<br />
<br />
<b>Umat jadi sensitit, manja, lebay dan sangat pemarah</b><br />
<br />
Belum cukup ngeri? Ini contoh satu lagi deh. Gimana kalau perkembangan kepribadian Pak Nabi beserta para elit agamawannya semakin tua justru semakin insecure, sensitit, dan gampang marah? Dan karena itu jadi gampang menghalalkan pembunuhan kafir, atheis dan siapapun yang berani meledek agama dan tuhan mereka? <br />
<br />
Padahal yang mereka cap kafir tentunya semua yang tidak meyakini kemahabenaran ajaran agama mereka, dan yang dimaksud atheis adalah setiap orang yang tidak percaya pada eksistensi Flying Spagheti Monster YME. Itu artinya kita semua terancam dibunuh setiap kali mereka merasa agamanya terhina dan ternistakan.<br />
<br />
Bayangkan jika setiap aksi membunuh kafir akan dihadiahi 13 perawan surga yang bebas disetubuhi tanpa kita harus ganteng, punya duit dan bertanggung jawab? Pasti mayoritas jomblo Pastafarian terpengaruh jadi sepemarah dan sesensitit para elit agamanya... Sedikit-sedikit marah, lalu demonstrasi, mengancam memenggal kepala, mengancam meledakkan bom bunuh diri biar ada alasan untuk segera melepas keperjakaanya di surga.<br />
<br />
<b>Terorisme</b><br />
<br />
Ini seram juga. Bagaimana jika "intelijen asing" dan "pengusaha keamanan" mengendus peluang cari duit lalu menunggangi kemanjaan, kesensitifan, dan kegalauan hati umat Pastafarian yang gampang ngamuk itu dan bikin drama teror bertema agama? <br />
<br />
Sebentar-sebentar bakal ada bom meletus, polisi dibunuh, tempat hiburan dirusak, hotel dan mall dibom hanya karena segelintir pemuja mie baso ingin mendirikan kerajaan suci sesuai ajaran Pastafarian. Sementara rakyat diresahkan berita penuh warta teror, ribuan dolar dalam jumlah tak terbatas dan tak terdiaudit mengalir deras demi mengamankan kita semua dari "teror maha karya kaum terorista pemuja Tuhan lebay".<br />
<br />
Eh... Ini tulisan bisa kena pasal penistaan agama kalau dibaca umat Pastafarian.<br />
<br />
Baiklah, saya minta maaf. Pastilah saya yang lebay. Semoga umat yang Tuhan, Agama dan keber-agama-annya selebay itu hanya ada dalam imajinasi saya saja. <br />
<br />
Ah, ini saja deh sedikit lagi, ancaman yang lebih masuk akal:<br />
<br />
<b>Ancaman polusi suara</b><br />
<br />
Bayangkan suatu ketika, entah marketingnya gimana, agama mie baso suci tersebut laku keras dipeluki mayoritas orang. Lalu mereka mulai bangun rumah ibadah di mana-mana. Mentang-mentang mayoritas, membangunnya jadi semena-mena sambil dimanfaatkan sebagai ladang bisnis para agamawan yang selingkuh dengan toko material dan kontraktor bangunan.<br />
<br />
Dibangun sembarangan, mengandalkan uang sumbangan yang diminta secara sembarangan, dari sekedar menaruh gentong di tengah jalan raya sambil putar lagu-lagu berisik memuja mie baso, hingga menarik sumbangan paksa pada warga sekitar. <br />
<br />
Lalu nanti setelah rumah-rumah ibadah itu berhasil berdiri, kebisingan bukan berhenti malah makin parah. Karena setiap bangunan suci tersebut akan dipasangi speaker maha keras yang memutar berbagai nyanyian untuk menyenangkan Tuhan Spagheti Monster Yang Maha Mendengar... Tentunya dengan volume yang sangat keras hingga dalam radius 0.5 km pun anda tidak bisa melakukan pembicaraan di telpon.... Dan diputarnya sejak pagi buta supaya anda ikut kaget terbangun untuk mengapresiasi bagaimana hebatnya cara mereka beribadah. Dan rumah ibadah mereka lokasinya akan saling berdekatan... Dengan pengeras suara yang selalu bersaing keras mengadu volume.<br />
<br />
<b>Merusak pelaksanaan negara</b><br />
<br />
Tambah lagi, suatu hari nanti mereka bikin partai baso suci sejahtera, lalu salah satu oknumnya berhasil menjabat jadi menteri yang mestinya mengurusi teknologi dan informasi, tapi gegara memujanya Spaghetti Monster, kerjanya bukan sibuk memajukan IT, tapi sibuk buang duit mblokir konten yang dianggap menghina firman suci dari Spagheti Monster Yang Maha Suci.<br />
<br />
Akhirnya Negara yang semestinya mensejahterakan seluruh warga, cuma sibuk menganakemaskan satu umat yang paling lebay saja.<br />
<br />
Gimana... bro, sis? ngeri ndak?<br />
Semua aturan gila dapat dipaksakan atas hidup orang banyak hanya berdasarkan keyakinan akan adanya suatu Dzat Ghaib yang narsis, pemaksa, pemarah dan doyan ngatur tapi eksistensinya saja tak bisa dibuktikan kecuali Anda harus mati dulu.<br />
<br />
Hei, jangan ketawa aja! mikir bro! mikir Sis!<br />
Kasihan sekali lho warga NY itu, sudah 2014 masih juga aja tidak sadar akan bahaya pluralisme.<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com6Sukma Jaya, Depok, West Java, Indonesia-6.3767179643534977 106.83242797851562-6.408278464353498 106.79208747851563 -6.3451574643534974 106.87276847851562tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-27963704926368179142013-12-18T12:00:00.000+07:002013-12-18T12:00:16.690+07:00TahayulTiga jam dari bandara jorok, ada seorang janda muda beranak tunggal yang sangat percaya pada berbagai hal ghaib. Dari keris, tuhan, sampai gelundung pringis. Segala produk derivasi tahayul dia imani dan amini. Sampai TVnya pun sering fokus ke stasiun pembodohan yang acaranya mistis-mistis, terutama yang semacam mister tukul bersama kiyai-kiyai kampung dan gadis-gadis seksi.<br />
<br />
Lalu masalahnya apa? Bukankah iman pada hantu termasuk urusan pribadi, kenapa usil? Banyak sangat orang kita berkeyakinan gitu.<br />
<br />
Justru karena banyak orang berkelakuan macam si janda, saya gelisah. Kalau diperhatikan, keimanan begitu itu pengaruhnya sangat besar lho, terasa sekali dalam kehidupan sehari-hari.<br />
<br />
Masih ok lah kalau kleniknya sebatas cuci keris dan bayar tukang cuci setahun sekali, itu membuka lapangan kerja, mungkin di masa depan ada inovasi cuci keris drive through. Tapi seringnya kan tidak sebatas lucu-lucuan asik begitu. Keklenikan sering bablas bikin orang selalu hidup dalam ketakutan. Misal, jalan-jalan harus selalu bawa jimat, tidur malam tak berani sendiri hingga memaksa orang untuk menemani. Iya kalau si penakut asik untuk ditemani, lha... tapi intinya bukan itu sih.<br />
<br />
Menggelisahkan itu ketika begitu banyak orang, hanya berdasarkan klaim-klaim tahayul, merasa wajib melakukan berbagai kegiatan yang merugikan diri dan lingkungannya. Iya kalau sebatas bakar menyan cuma semerbak wangi kunti, tapi kalau demi tahayul jadi suka menjerit berisik pakai toa tanpa ada yang berani menegur karena mayoritas yang terganggu juga percaya pada si hantu? Atau malah demi tahayul jadi tega meledakkan bom bunuh diri di tempat ramai... Atau yang lebih mengerikan: Para politisi klenik jadi hobi memaksakan aturan gila yang diyakininya sebagai keinginan hantu tercinta, pada seluruh bangsa? Yang begitu sudah sering terjadi dan akan terus terjadi selama umat terlalu gampang dibodohi dengan doktrin tahayul.<br />
<br />
Pasti ada lah cara mengobati keyakinan konyol begitu.<br />
<br />
Mungkin... ajak saja untuk membuktikan sebenar apa klaim eksistensi hantu-hantu tersebut. Toh buang waktu hanya sedikit tapi manfaatnya seumur hidup. Diteliti dengan jujur, sebenarnya sejahat apa si hantu kalau memang ada, jangan-jangan sebenarnya para hantu, arwah gentayanger yang sering dituduh-tuduh dan diatasnamakan itu aslinya lugu baik hati dan suka menabung, tapi selalu difitnah secara keji oleh para dukun macam kiyainya mister tukul. Ada ide?<br />
<br />
Ah, pendidikan mana pendidikan? Saya pikir tahayul semestinya tidak termasuk budaya yang perlu dilestarikan. Tak ada manfaatnya kecuali ngasih makan segelintir penjual kebohongan, sedangkan potensi kerugiannya luar biasa.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Btw, apakah kamu termasuk orang yang takut hantu? Sudah pernah bertemu? Sejahat, semesum dan seberkuasa apa si hantu yang kamu yakini itu?<br />
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-6758439658671468652013-12-08T17:22:00.000+07:002013-12-08T17:22:32.397+07:00ecivmenMaksud lo achievement?<br />
<br />
<i>Iya, pokoknya itu lah. Apa yang sudah lu capai di umur segini?</i><br />
<br />
Hmmm....<br />
<br />
<i>Bingung kan? Coba kalau lu sudah nikah, sudah bikin anak, kan jawabnya gampang. Tinggal ngomong: "ane dah bikin anak 2 biji gan! satu satu jantan satu betina, sudah pada sarjana dan kerja. satu di beuemen satu di bangasing, dah pada kawin juga, tar lagi ane punya cucu, blah bla blah..." </i><br />
<br />
Hmm... begitu ya...?<br />
<br />
<i>Iya. Setidaknya kalau reunian atau kondangan kawinan, tidak datang sendiri. Apalagi udah sendiri masih jadi target ledekan gegara jadi satu-satunya jomblo tua padahal yang lain sudah ada yang menjandamenduda.</i><br />
<br />
Dan hubungannya sama achievement tadi adalah?<br />
<br />
<i>Lho, ya pencapaian itu. Lu hidup sekali jangan disia-sia. Harus ada karya yang bisa dibanggakan. Sesuatu yang bermanfaat untuk umat manusia dan generasi mendatang. Biar derajat lu bisa setara dengan teman-teman.</i><br />
<br />
Harus ya?<br />
<br />
<i>Iya!!</i><br />
<br />
Sesuatu yang bisa dibanggakan itu... semacam... anak?<br />
<br />
<i>Memangnya orang sekelas lo mau bikin apa lagi? Mengubah undang-undang? Merubah arah dunia? Bikin ulah bersejarah? Sesuatu yang... ah... jauuuuh bro. Jangan lah kau berkhayal terlalu tinggi. Cukup lo kawin, ngeseks yang enak, jadikan anak, berjuang membesarkan mereka, jadi deh seorang orang tua dengan ecivmen yang membanggakan.</i><br />
<br />
Baiklah... sepertinya ngeseks itu menarik juga.<br />
<br />
<i>Plak!</i>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-4457178620175487552013-11-29T16:00:00.000+07:002013-11-29T16:00:05.750+07:00jangan, jangan, asem.Kalau nanti gagal atau terbukti salah ya kamu harus malu sama orang, kamu harus kehilangan muka, gengsi kamu mesti terusik, dan kamu harus stress memikirkan apa kata dunia karena semua akan mentertawakan kesalahan dan kegagalan kamu.<br />
<br />
Jadi jangan usah coba sesuatu yang baru. Jangan sok berinovasi. Jangan sok kreatif.... Ikuti saja tradisi leluhur kita yang agung dan mulia. Lakukanlah sebagaimana semua orang lain melakukannya.<br />
<br />
Ajaran warisan leluhur tersebut begitu mengakar dalam jiwa raga kita. Tidak cuma kita yang dibuat ngeri mencari cara baru yang lebih baik, orang-orang terdekat dengan kita juga akan tergerak melakukan segala upaya demi menyelamatkan kita dari setiap ekperimen inovatif.<br />
<br />
Menurut mereka tujuannya baik, agar kita tidak malu jika ternyata gagal. Daripada menanggung malu lebih baik tidak usah mencoba sama sekali.<br />
<br />
Begitu.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-40275260993376567912013-11-27T16:00:00.000+07:002013-11-27T16:00:12.224+07:00Si Mbak MembosankanHei mbak...<br />
<br />
Mas mu apa ndak bosan ya? Aku aja mulai bosen lho kalau terus-terusan kamu tanya apakah aku sudah makan.<br />
<br />
Pertanyaan makan gitu memang penting untuk anak yang masih masa pertumbuhan. Nutrisinya perlu perhatian supaya tumbuh sehat.<br />
<br />
Lha kalau bocah sudah berjembut, pertanyaan perlu disesuaikan dong. Kebutuhannya sudah lebih dari sebatas makan. Misalnya nih, umur sekami-kami ini kan sudah butuh seks, jadi ya variasikan pertanyaan dengan "sudah ngeseks mas?"<br />
<br />
*plak*<br />
<br />
Yaaa, setelah menanyakan kebutuhan-kebutuhan dasar, baiknya variasikan lagi dengan pertanyaan terkait ide-ide, mimpi-mimpinya, misinya apa, pencapaian-pencapaian sampai evaluasinya gimana... Atau apa lah... biar masmu tuh yang ereksi ndak cuma kepala primer yang sering muntah keenakan, tapi kepala sekunder yang kadang-kadang dipakai mikir juga terangsang hidup dan semangat berkarya.<br />
<br />
Apa perlu ambil kuliah jurusan manajemen lelaki? He...<br />
<br />
Serius lho, bocah setua-tua kami ini yang perlu ditumbuhkan bukan cuma tebalnya lemak di perut yang melambangkan kemapanan ini,,, Penting lho memperhatikan perkembangan nalar, kreativitas, kebijaksanaan, <strike>kesetiaan</strike> dan lain-lainnya... Biar kami tidak mandek jadi gumpalan lemak mesum yang menua dan mengeriput... Biar terus terus tumbuh jadi pejantan-pejantan matang yang wawasannya... ya setidaknya bisa lebih luas dari sebatas urusan selangkangan.<br />
<br />
Tapi ya terserah sampeyan sih.<br />
<br />
Ini juga cuma iseng ngasih saran sok tahu, wong saya juga masih sendiri ...<br />
<br />
#bukan kode, suwerewerwer.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-68866719428848374522013-11-26T17:22:00.000+07:002013-11-26T17:29:11.059+07:00Dakwah TengikSaya sungguh berharap para pendakwah, penceramah, motivator, dan segala kampret yang terhormat di podium itu berhenti menebar ninabobo dengan bualan yang mengajak umat melempar tanggung jawab pada tuhan, dewa, kuntilanak, satrio piningit atau kampret imajiner apapun.<br />
<br />
- "Tenang, setiap perbuatan pasti ada balasannya di akhirat KELAK"<br />
- "Yg penting kita berusaha dengan baik, mari mulai dari diri sendiri..."<br />
- "Biarin, nanti pasti ada balasannya setimpal..."<br />
- "Biarlah nanti tuhan yang akan membalas..."<br />
- "Nantikan satrio piningit dari solo sang pembawa kejayaan..."<br />
- "Tunggulah dajal dari bangka yg menghancurkan para koruptor..."<br />
<br />
Ajakan gitu hasilnya umat macam apa? Umat yang dipungli diam, malah merasa bagi-bagi rejeki. Umat yang saat birokrasi dipersulit malah merasa wajar. Umat yang 5 tahun dibodohi gubernur korup malah cuma berdoa. Umat yang agamanya dipermainkan untuk berisik, ngemis dan korup malah merasa diperjuangkan. Umat yang uang pajaknya dipakai foya-foya koruptor, malah sibuk berdoa, lempar tanggung jawab ke tuhan. Masyarakat yang mengimani bahwa semakin sering ditipu maka rejekinya akan semakin lancar.<br />
<br />
Dakwah macam gitu terasa makin najis ketika si sok bijak di podium hanyalah pendakwah bayaran yang dibayar oleh koruptor.<br />
<br />
Mestinya tiap kali ada penceramah dengan sok bijak menyelipkan pembodohan dalam ceramahnya, ada berdiri berteriak, "hoi penceramah bayaran! Tema itu kita sudah bosan, tak perlu kau ceramahi orang baik supaya baik. Sekarang ini negeri sudah dikuasai penjahat, jangan kami kau ajak tidur dan mimpi soal akhirat. Jangan kau ajak kami lempar tanggung jawab ke tuhan! Bangunkan, ajak bergerak, ajak melawan!!"<br />
<br />
blah blah.... ya intinya gitu deh update kali ini.... katarsis setelah nonton ceramah sampah.<br />
<br />
Untungnya ndak setiap hal sesuai dengan keinginan saya. Jadi para pedagang abab itu masih bebas <i>ngeyem-yemi</i> warga dengan kegilaan mimpi-mimpi surga yang menenangkan.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-55286196454711660082013-10-25T00:45:00.000+07:002013-10-25T00:45:13.743+07:00Open Relationship Simbaknya<i style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 17px;">Guh, menurut lo selingkuh itu salah secara moral gak sih? So far, hubungan gue sm hubby lebih ke open relationship, dan dia merasa oke2 aja kalo gue jalan sama cowok lain. Minggu kemaren gue pulkam, dan ketemu sohib lama. So sohib dulu pernah ngaku kalo dia patah hati waktu gue merid. Gue masih ngeliat chemistry itu di dia. Makanya, gue rencana mau ngajak dia bekpekeran somewhere suatu hari nanti. Dia seneng banget sih, cuma kayaknya dia ada guilty feeling secara gue kan istri orang. Gimana ya caranya menghilangkan guilty feeling dia?</i><br />
<br />
Mbak yang baik dan seksi sekali.... Kalau memang kesepakatan "open relationship" sama suami ini artinya masing-masing boleh jalan, boleh main hati dan boleh ngeseks sama orang lain, yaa... Rencana dengan sohib itu ndak tergolong selingkuh dong. Masalah guilty feeling si mas/mbak sohib terkemistri cukup diobati dengan kejujuran, kasih tahu bahwa mbak dan suami memang sepakat untuk open relationship. Dijamin tak akan ada hati terluka, tak ada janji teringkari. Saya yakin, setelah si sohib berhasil memahami, hubungan macam apa yang mbak miliki dengan suami, dia akan kehilangan guilty feelingnya.<br />
<br />
Dan untuk pertanyaan pertama, Saya mungkin bukan orang bermoral, bukan pula orang yang percaya dosa. Tapi namanya selingkuh itu sangat sulit saya terima. Curang dan mengingkari kesepakatan itu bukan hanya menyakiti perasaan, tapi juga membuktikan bahwa kita belum bisa mengendalikan diri. Membuktikan bahwa kita masih tega mengorbankan rekanan demi nafsu pribadi. Sudah pernah coba bisnis kan? Pasti tahu apa kerusakan yang pasti terjadi jika ada rekanan yang selingkuh dan mengingkari kesepakatan. Nah, jika efek penghianatan dalam relasi yang cuma urusan duit saja sudah begitu menghancurkan, bagaimana jika itu terjadi dalam hubungan yang melibatkan mimpi-mimpi dan perasaan terdalam manusia?<br />
<br />
Sebaiknya hati-hati, pastikan pak suami memandang "open relationship" dengan cara yang sama, jangan-jangan beliau cuma membolehkan jalan saja tapi tak boleh main <i>chemistry.</i>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-59447127919063731002013-08-25T12:44:00.000+07:002013-08-25T12:44:25.702+07:00Terapi kentang tingkatan daya tahan dari stress dan kekecewaanPernah kecewa berat dan sulit mengatasi? Terobsesi pada sesuatu sampai sulit konsentrasi pada hal lain? Atau Anda pernah gagal dalam cinta, pernikahan, perkerjaan, pelelangan atau apapun... namun hingga kini belum mampu mentertawakan ritual kemurungan yang tekun Anda lakukan tiap kali teringat pada kekecewaan tersebut?<br />
<br />
Salah satu solusi yang dapat Anda coba adalah <u>terapi kentang</u>.<br />
<br />
Kentang yang dimaksud bukanlah produk nabati, tapi singkatan dari "KENa TANGgung".<br />
<br />
Caranya sederhana:<br />
<br />
Berikan rangsangan sensual terhadap diri sendiri, boleh juga dibantu pasangan (sebaiknya pasangan yg sudah mengenal limit Anda). Berikan rangsangan sampai dekat sekali dengan O, sampai anda sangat amat ingin sekali O. Kemudian hentikan segala rangsangan sesaat sebelum Anda meledak.<br />
<br />
Perlu diperhatikan bahwa Anda harus harus mencapai tahap "sangat amat ingin sekali meledak" lalu berhenti secara tegas, tanpa toleransi dan tanpa belas kasihan.<br />
<br />
Tujuannya tak lain adalah membuat limbik/otak reptil dalam batok kepala Anda merasakan kekecewaan yang amat sangat. Jauhi segala kegiatan seksual selama minimal 48 jam. Itu waktu minimal yang diperlukan tubuh untuk upgrade, memperbaiki cedera ringan dan mulai menumbuhkan sel-sel baru sesuai dengan kebutuhan terkini.<br />
<br />
Terapi macam ini akan mengajar otak reptil Anda agar lebih sabar, toleran dan mampu menghadapi kegagalan tanpa jadi kalap dan bikin kacau kinerja otak yang lain.<br />
<br />
Tentu tidak cukup sekali. Ulangi beberapa kali hingga Anda berevolusi jadi orang yang lebih cool saat mengalami kekecewaan.<br />
<br />
Sesederhana itu.<br />
<br />
Oh, satu catatan penting. Perlu berhati-hati jika terapi dibantu oleh pasangan/teman. Jangan sampai bawah sadar mengasosiasikan si pasangan dengan "kentang" apalagi dengan "kekecewaan". Bisa-bisa bikin kita secara tak sadar ingin menjauhi... atau sebaliknya, malah terobsesi dan tergila-gila (malah jadi bahaya baru tuh).<br />
<br />
Selamat mencoba :)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-8336943982508410742013-08-21T00:17:00.000+07:002013-08-21T00:17:33.783+07:00Menyingkirkan Ahok CenterBeberapa hari yang lalu saya baca berita kasus Koh Ahok yg tersandung "Ahok Center". Tampak jelas berbagai pihak begitu cekatan memanfaatkan momentum untuk mengenyahkan relawan-relawan tsb.<br />
<br />
Saya heran, apa urgensinya menyingkirkan para "relawan" tersebut? Bukankah bagi rakyat justru menguntungkan jika kinerja orang-orang dinas lebih terawasi, apalagi selama puluhan tahun ini pejabat DKI memang terkenal kurang jujur kan?<br />
<br />
Sambil nongkrong mendengarkan gemericik air, tiba-tiba saya tercerahkan dan punya bahan untuk update blog.<br />
<br />
Jadi gini masbro, mbaksis...<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Manusia itu, sekeren dan secerdas apapun, pemikiran dan kebijakan yang dia ambil tetap sangat tergantung pada kelengkapan informasi yang dia punya. Kebijaksanaan seseorang hanya bakal seluas wawasan yang dimiliki.<br />
<br />
Misal saya sebagai ababil yang pergaulannya 99% dengan orang perokok, lalu orang-orang yang saya kagumi dan jadikan panutan juga aktif merokok. Pagi siang malam tontonan TV saya iklan rokok. Keluar rumah juga sepanjang jalan saya dibombardir ribuan billboard pencitraan tentang betapa keren dan mantabnya merokok. Tanpa kenal satupun sumber medis atau sains yang berani kritis terhadap kemapanan tradisi rokok, niscaya saya akan menganggap kegiatan merokok itu sebagai budaya bangsa yang wajar dan normal. Mungkin orang yang tak merokok akan saya anggap banci sok sehat yang benci pada kesejahteraan petani tembakau. Atau hater sok nonmainstream yang dengki pada kemahabesaran Phillip Morris, Djarum dan Gudang Garam.<br />
<br />
Atau jika seandainya saya seorang PNS baru diangkat yang ditempatkan di sebuah kantor yang dijejali tua bangka korup. Setiap harinya mesti menyaksikan aksi korupsi dilakukan berjamaah dalam segala gaya. Pulang ke rumah langsung dimotivasi oleh istri, mertua dan tetangga materialistis yang menilai kesuksesan hanya dari jumlah harta dan tahta yang dimiliki. Jika tiap harinya gitu, saya tak akan butuh waktu lama untuk bermutasi jadi koruptor yang lebih kreatif dan efisien. Saya bakal korup dan sogok sana-sini, koleksi properti sambil memenangkan berbagai kompetisi perebutan jabatan.<br />
<br />
Aih, narsis sekali ya contohnya saya terus? Satu lagi deh pakai contoh realistis.<br />
<br />
Presiden kita Mbah SBY yang terhormat. Mungkin saja dulunya beliau memang orang baik, jujur dan pro rakyat banget. Tapi setelah jadi presiden, langsung dia terputus dari sumber kebijaksanaan, sumber kritik dan introspeksi yang dulu menjaga keseimbangan pikirannya. Hidup sebagai Presiden, tiba-tiba SBY mesti intens dikerumuni oleh para Poltak raja minyak dan Para Nasrudin selama 24 jam sehari, 7 hari setiap minggu... nonstop! Lambat laun isi kepalanya jadi singkron dengan mahluk-mahluk yang gentayangan mengerumuninya.<br />
<br />
Suara-suara di "lingkar dalam" yang begitu bising membuat jerit tangis rakyat yang ada di luar lingkaran tak terdengar sama sekali. Informasi yang berhasil masuk telinga mungkin sekali telah diedit oleh para pembisik dan penjilat pantat. Data yang masuk telah disesuaikan dengan berbagai kepentingan yang sebagian sangat tega terhadap rakyat. Saya pikir, fenomena inilah yang menjelaskan kenapa SBY berprilaku seperti yang kita lihat selama ini.<br />
<br />
Ah, kita kembali ke Koh Ahok yang kesandung.<br />
<br />
Dari sudut kepentingan Ahok, mungkin ini sebabnya dia merasa perlu bawa-bawa "relawan" untuk membantu mengawasi kinerja para birokrat yang diwarisinya dari rezim sebelumnya. Dia tahu rimba birokrasi macam apa yang dia masuki, sebuah belantara penuh hewan buas yang sudah terlalu mapan dalam kenyamanan surga korupsi. Nekat masuk tanpa dikawal orang yang dapat dipercaya, nasibnya bakal seperti sang Pesinden yang begitu menjabat langsung tersesat dalam rimba birokrasi dan terpisahkan dari rakyatnya. Jika informasi yang diterima hanya mengandalkan jilatan lidah-lidah korup warisan leluhur, pikiran akan cepat teracuni, pantatnya basah dijilati, kebijakan yang dibuat pun mudah disetir kepentingan pihak yang jahat.<br />
<br />
Sedangkan dari kaca mata para anti-Ahok, melestarikan kemapanan dan tradisi korup warisan leluhur tentunya jadi salah satu tujuan utama. Tersingkirnya para relawan hanyalah langkah pertama dari usaha untuk mem-buta-tuli-kan Ahok. Alasan yang dijadikan senjata sebenarnya sudah keren: "pemimpin macam apa itu jika tidak bisa percaya pada kinerja bawahannya, masa sampai perlu melibatkan relawan untuk pengawasan?!?" Dengan nada-nada macam itu saja kita sudah berhasil mengajak para awam untuk meragukan kewibawaan dan kepemimpinan Ahok.<br />
<br />
Tapi ya... Menurut saya cara begitu kurang elegan. Mestinya bisa main lebih cantik. Daripada menyingkirkan Ahok Center / CDT / Whatever itu dengan cara yang terlalu vulgar, bukankah lebih efektif merayu orang-orang kepercayaan ahok itu hingga jadi orang korup? Suap bertahap saja, dikit demi sedikit kasih parcel, sibukkan dengan bisnis apa lah, gimana gitu sampai mereka jadi rakus. Biar nanti mereka sendiri yang menjatuhkan Ahok dengan korupsi berjamaahnya.<br />
<br />
Ahok sendiri juga mesti terus hati-hati. Kalau memang ingin terus pakai "watcher" sebagai pihak ketiga untuk mengawasi kinerja bawahannya, perlu serius dipikirkan <i>who will watch the watcher</i>?<br />
<br />
Saya lihat meyoutubekan segalanya adalah awal yang baik untuk bikin rakyat tahu apa yang terjadi di balik pintu ruang kerjanya. Media manipulasi massa jadi sulit memelintir pernyataan dan kenyataan karena rakyat bisa menonton sendiri apa yang sebenarnya terjadi.<br />
<br />
Tentu saja masih terasa kurang transparan. Mungkin kedepan perlu itu pasang CCTV di setiap gedung pemerintahan lalu distreaming ke publik. Ditambah mewajibkan kalung tracker GPS realtime terpasang di leher pejabat selama menjabat agar rakyat dapat mengawasi kelakuan para abdi negara tersebut. Untuk semacam Jokowi yang gemar berkeliaran mungkin bisa diharuskan pakai gadget macam Google Glass untuk update real time ke rakyat biar tahu dia blusukannya itu ngapain aja.<br />
<br />
Transparansi yang setransparan itu dapat dimulai dari para watcher-nya Ahok. Kalau rakyat bisa mengawasi mereka, tak bakal lagi muncul tuduhan nista macam "korupsi dana CSR" :))<br />
<br />
Gimana menurut sampeyan?Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-50269209069068127112013-08-16T07:49:00.001+07:002013-08-16T07:51:43.597+07:00Menulis<br />
"Guh, lu suka nulis jurnal?" Tanya seorang gadis secara tiba-tiba. Mengawali sebuah cerita kalau dirinya telah lama jadi malas update buku harian.<br />
<br />
Yang dimaksud jurnal adalah buku harian fisik. Kertas dan tinta. Beliau melakukannya seperti para leluhur kita di zaman purba dulu :P<br />
<br />
Mungkinkah sejak kenal saya jadi banyak hal yang tidak layak ditulis di buku tersebut? Ah, tentu tidak boleh kita bergunjing di sini. Apalagi kalau yang bersangkutan membaca, bisa-bisa saya ditimpa quota atau FUP. Lagian bukan itu inti update kali ini.<br />
<br />
Lalu?<br />
<br />
Ya.. Ditanya begitu saya jadi ingat kalau saya pernah bisa ngeblog. Pernah bisa nulis walau asal-asalan.<br />
<br />
Jadi ingat ada yang pernah bilang bahwa kemampuan menulis itu bagaikan menggunakan otot. Kalau sering dipakai akan terlatih, kencang, seksi dan semakin efisien hingga semakin sedikit energi yang dibutuhkan untuk bekerja. Tapi kalau jarang dipakai akan kendur, menyusut, dan akhirnya dikanibal sendiri oleh tubuh karena disangka tidak diperlukan lagi.<br />
<br />
Jadi ingat juga bahwa kegiatan menulis itu bisa menyenangkan. Memicu otak melepaskan hormon-entahapaitu yang memicu rileksasi dan rasa senang. Terlepas dari apakah ada yang membaca atau tidak.<br />
<br />
Jadi ingin saya belajar menulis lagi. Mungkin di sini. Mungkin juga di tempat lain yang lebih anonim.<br />
<br />
Jadi dengan ini saya ucapkan pada diri sendiri: selamat datang kembali, untuk yang kesekian kali di dunia tulas-tulis :D<br />
<br />
Horee...<br />
<br />
*tepuktanganbergemuruhdikhayanganAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-37119621622372747472012-12-26T06:00:00.000+07:002012-12-26T06:00:01.863+07:00Selamat Natal Untuk MUIPssst...<br />
<br />
Sebenarnya ya, setiap manusia itu diam-diam bebas memaknai perayaan natal (dan apapun) sesuai tingkat pemahamannya masing-masing lho.<br /><br />Bagi
saya yang tidak memuja Yesus, makna natal adalah kemacetan
terkutuk, kemana-mana susah. Saya merayakannya dengan berusaha diam di
rumah atau menghindari jalan-jalan utama. Dalam kasus saya, kalau ada yang bilang
'selamat natal', artinya 'selamat macet, sukurin, mwahaha'.<br /><br />Sedangkan
bagi teman yang buruh pabrik, natal dia maknai sebagai liburan. Jadi bisa bangun siang, bisa berkumpul
sama keluarga. Di sini 'selamat natal' = 'selamat liburan dan berkumpul bareng keluarga'.<br /><br />Bagi teman yang nasrani, ya seperti yang kita lihat
lah, artinya liburan, belanja, misa, pesta, ke gereja lagi, pesta lagi, hihi. Selamat natal untuk mereka mungkin ya umum aja. Tak perlu dijelaskan.<br /><br />Naaah... Sekarang bagi MUI niiih... Makna natal buat mereka apa ya?<br /><br />Ini sebenarnya sudah
rahasia umum, mulai dari kakek sampai cucu tahu. MUI itu memaknai hari natal sebagai waktu yang tepat untuk menunjukkan betapa luas kebijaksanaan dan kedalaman ilmu
agama mereka.<br />
<br />
Dan untuk merayakan natal, mereka menerbitkan <a href="http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/12/12/24/mfj39d-mui-tangerang-haramkan-ucapan-selamat-natal" target="_blank">fatwa mengharamkan orang Islam mengucapan selamat natal</a> pada tetangganya yang
merayakan natal... Karena menurut mereka, mengucap natal sama saja mengakui trinitas dan
menyalahi akidah Islam. <br />
<br />
Ya begitu itulah cara MUI memaknai dan merayakan natal. Maka itu, walaupun sedikit terlambat, mari kita ucapkan selamat natal bagi MUI.<br /><br />Selamat Natal MUI, semoga kebijaksanaan MUI semakin luas dan menerangi seluruh penjuru dunia akhirat :) <br />
<br />
- - - - -<br />
<br />
Oh, mengenai pernyataan "ucapan selamat itu sama dengan mengakui kebenaran yang diucapi selamat". Perlu saya jelaskan bahwa sebenarnya saya berbeda pendapat.<br />
<br />
Gini, saya juga sering tuh mengucapkan "selamat merokok" pada perokok yang pamit keluar untuk merokok. Apakah artinya saya menyetujui dan mengikuti
para pecandu rokok? Apakah artinya akidah saya rusak dan hijrah jadi perokok? Tidak tuh.<br />
<br />
Saya tetap tidak merokok karena tahu merokok tidak baik untuk saya,
kebanyakan peneliti juga sejak lama sependapat dengan saya. Namun saya juga
sadar bahwa orang yang merokok itu sudah kecanduan, mau dikasih
argumen seperti apapun tetap percuma. Seperti orang kecanduan agama, perokok itu juga senasib. Logika tak
ada guna. Masih untung masih bisa mikir dan pamit mencari tempat agar merokoknya tidak membahayakan orang lain. Yang kecanduannya parah itu biasanya sudah tidak mampu berpikir, begitu sakaw langsung saat itu juga mengeluarkan rokok dan disulut disitu juga, persetan dengan orang sekitarnya.<br />
<br />
Jadi ucapan selamat merokok sebenarnya sebatas menyampaikan empati: "selamat
merayakan kecanduan kamu, selamat membungkam sementara jeritan berjuta
sel yang gelisah dan sakau tembakau, semoga setelah itu kamu bersemangat lagi untuk memutar roda ekonomi."<br /><br />Jadi bagi saya, ucapan selamat itu maknanya bisa luas, sedikit lebih luas dari makna versi MUI yang sangat bijaksana dan menakjubkan itu.<br />
<br />
Memang, sebagian orang muda merasa MUI bikin fatwa yang memecah belah kerukunan warga Indonesia. Sebagian lain malah menuduh mereka dibawah <a href="http://www.alkhoirot.net/2011/12/hukum-ucapan-selamat-natal.html" target="_blank">pengaruh Wahabi</a>. Tapi saya rasa penyebab sebenarnya hanya karena faktor U saja. Uzur, lahir maupun batin. Itulah mengapa MUI jadi luar biasa bijaksana dan begitu berani mengatasnamakan Islam dan Allah untuk mempromosikan fatwa seperti itu... lengkap dengan alasannya yang menakjubkan.<br />
<br />
Jadi gitu ya adik-adik, tante dan om-om sekalian.<br />
<br />
Sekali lagi, marilah dengan ceria kita ucapkan selamat natal pada MUI. Semoga kebijaksanan mereka yang seluas samudera dapat mencerahkan seluruh penjuru dunia dan akhirat.<br />
<br />
Selamat Natal MUI :)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-547662194636715465.post-8120405177569977782012-12-24T20:28:00.001+07:002012-12-24T20:28:11.688+07:00Hei Jokowi, Tempat Sampah Gue Penuh, Kuras Gih!Meneriaki Gubernur seperti itu kedengaran tidak enak dan tidak sopan. Tapi itulah inti sebenarnya dari jeritan hati warga bantaran yang suka membuang sampah ke dalam sungai.<br /><br />Andai saya termasuk orang yang setiap pagi (dan sore) melempar sekeresek sampah ke tengah sungai, lalu suatu ketika berlagak heran kenapa sungai jadi sangat kotor, mampet dan meluap, maka teriakan macam itulah yang saya lemparkan pada gubernur yang tak becus membersihkan tempat sampah.. eh.. sungai saya.<br /><br />Iya sinting. Tapi warga perumahan atau perkampungan kumuh tanpa solusi sampah, mau buang sampah ke mana? Jangankan pemukiman kumuh, yang tidak kumuh juga banyak yang primitif tanpa solusi sampah.<br /><br />Ini pengalaman pribadi. Di daerah Tangerang tempat saya sering numpang makan, warga kompak buang sampah di lahan kosong dekat SD. Jadi guru dan anak-anak selalu belajar sambil aroma terapi. Kadang tukang sampah inisiatif bikin aksi pembakaran. Jadi bukan hanya gratis aroma terapi, murid dan guru juga menikmati terapi asap. Padahal yang sekolah di situ ya anak-anak mereka sendiri lho, bukan anaknya musuh.<br /><br />Di kitaran Bogor coret tempat saya numpang tidur, dulunya warga turun-temurun buang dan bakar sampah di tengah jalan. Baru sejak jalan dihotmix dan berubah jadi jalan alternatif untuk orang-orang kaya dari Jakarta yang ingin liburan ke villa, warga jadi buang sampah ke selokan pinggir jalan. Setiap sore dibakar kalau tidak hujan. Karena ini bukit, tiap hujan deras sampah hanyut ke bawah. Kami 'warga atas' senang karena tempat sampah kembali bersih, persetan dengan warga di bawah sana yang sibuk mengutuki sampah sambil membersihkan gorong-gorong tersumpal sampah kiriman kami. Oh, kami juga tidak sudi patungan bayar tukang sampah. Bahkan lurah kami juga tidak peduli dengan urusan sampah, malah sibuk bisnis properti.<br /><br />Di Depok, tempat saya sering numpang tidur siang sambil kepanasan, orang-orangnya agak lebih beradab. Tidak semua orang berani buang sampah ke rawa, karena itu tempat warga menanam dan memancing ikan. Banyak warga pilih bayar pemungut sampah yang tiap pagi ambil sampah yang disiapkan di depan setiap rumah, lalu dibuang entah ke mana, mungkin ke provinsi lain. Sebagian warga yang masih biadab tetap tidak merasa perlu bayar tukang sampah, karena mereka masih bebas buang sampah ke selokan-selokan dan lahan kosong.<br />
<br />
Kalau Jakarta tempat saya numpang lewat sih memang kelihatannya bersih (kecuali bagian sungai). Tapi sampahnya dibuang ke mana ya? Bogor kah?<br />
<br />
<br /><i>Jadi, Guh, inti dari cerita sampah ga jelas ini apa?</i><br /><br />Masalah sampah itu tak bakal selesai kalau solusinya parsial. Seperti 'warga bawah' yang walaupun hidup bersih tetap juga kebanjiran karena 'warga atas' masih saja biadab. Sampah harus dijadikan masalah umat, masalah nasional, dan sekalian global. <br />
<br />
Pemerintah harusnya kompak, dari pusat sampai RT hingga tingkat kepala keluarga harus diberi penyadaran soal pentingnya solusi sampah. Pemimpin jangan hanya sibuk bisnis sendiri sampai warga tak terurus. <br />
<br />
Ulama juga jangan cuma bisanya berisik mainan TOA atau bikin pengajian sambil merokok meracuni umat. Apalagi yang di MUI sana, daripada bikin fatwa memecah belah warga, lebih baik bikin fatwa "Pembuang Sampah Sembarangan adalah musuh Islam." Karena toh jelas-jelas buang sampah itu membahayakan keselamatan umat manusia.<br />
<br />
Dan setiap komunitas harusnya diajari untuk bertanggung jawab atas sampahnya sendiri. Orang komplek tidak boleh seenaknya buang sampah di kampung sebelah. Orang bantaran tidak boleh seenaknya lempar sampah ke sungai. Orang Jakarta tidak boleh seenaknya jajan makanan terbungkus plastik lalu bungkusnya dilempar ke Bogor atau Banten.<br />
<br />
Limbah organik mestinya bisa diselesaikan ditingkat keluarga dengan pengomposan di lubang-lubang biopori, atau yang tanahnya telanjur dibeton semua bisa keroyokan di level RT. Baru deh sampah plastik dan limbah berbahaya ditangani oleh pihak yang lebih berkompeten.<br />
<br />
Setiap orang harus tahu dan merasakan repotnya mengurusi sampah biar tidak lagi sembarangan nyampah. Setiap anak harus bisa memilih jajanan yang sampahnya paling minim sampah.<br />
<br />
Gitu.<br />
<br />
<i>Iya, ngomong gampang, pelaksanaannya gimana dan dari mana?</i><br />
<br />
Ya... Bisa mulai dari mengganti para pemimpin yang tutup mata terhadap persoalan sampah. Jangan cuma nanya, bantu mikir dan aksi juga dong, saya dah bantu nulis tuh :PAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02287389813873649385noreply@blogger.com10