21 Juni 2011

Berpanjang-panjang Soal Klub Istri Taat Suami

"Kesetiaan Istri terbukti saat dirinya tetap setia ketika pernikahan dirundung kemiskinan, kesetiaan suami terbukti saat dirinya tetap setia saat pernikahan diberkahi keberlimpahan." ~ Bu Seksi 
Membaca quote itu, saya teringat pada kisah seorang Teteh. Dia berasal dari keluarga berkecukupan, tapi setia menemani sang suami sejak masih miskin, terus mendukungnya dalam memperjuangkan kesejahteraan. Sialnya, setelah kesejahteraan tercapai, sang Suami malah poligami. Dan setelah beberapa saat, akhirnya si Teteh malah diceraikan.

Hu.. hu.... kejiiii...

Eh... kok jadi gosip keji sih?  Loncat ke topik deh...

Saya rasa ide Klub Taat Suami untuk memberi pelatihan seks pada para muslimah itu positif. Kenapa? Karena pengetahuan muslimah soal selangkangan memang sangat kurang. Jangankan cara memperlakukan selangkangan lelaki, lha dengan selangkangannya sendiri saja banyak yang belum kenal!

Banyak muslimah kurang paham seks

Ini bukan sembarang nuduh lho. Saya biar lugu begini juga pernah ngobrol dengan teman-teman muslimah sambil nyerempet-nyerempet selangkangan.


Sebagai gambaran. Cuma gambaran lho. Dari setiap 10 muslimah lajang yang saya kenal, hanya 3 orang yang tahu apa itu orgasme. Dari tiga orang itu, hanya 2 yang mengaku pernah merasakan. Dan dari dua orang itu hanya 1 yang mengerti bagaimana mendapatkannya secara mandiri. Hanya satu.

Pengetahuan anatomi semacam 'apa dan dimana letak klitoris', atau 'dimana dan bagaimana memperlakukan organ-organ menyenangkan' juga hasilnya sama. Jika saya yang lugu dan polos saja masih jauh lebih tahu dari mereka, dapat dibayangkan betapa minimnya wawasan mereka tentang topik tersebut.

Jika menyenangkan diri sendiri saja tidak mengerti, gimana pula memahami pasangannya?

Kesenjangan seksual

Kita bayangkan jika muslimah dengan wawasan seksual seperti itu kemudian menikah... Dengan lelaki yang ternyata juga lugu dan polos.

Di awal pernikahan tidak akan ada masalah, karena keduanya masih newbie. Namun sepanjang perjalanan bahtera rumah tangga, sang suami akan banyak bertemu dengan wanita-wanita yang lebih muda, lebih kaya informasi, dan biasanya lebih agresif. Tambah lagi, seiring bertambahnya umur dan penghasilan, sang Suami juga tampak makin seksi di mata para wanita muda.

Sementara sang Istri? Dia sibuk dan lelah mengurus rumah plus anak-anak (yang mungkin jumlahnya over dosis akibat mengharamkan KB). Pengetahuan seksualnya juga tidak berkembang. Dikiranya seks itu cuma ngangkang, cukup pasif dengan gaya ningrat. Akhirnya jurang kesenjangan seks pun kian menganga, hanya menunggu waktu sampai senasib dengan Teteh apes di awal tulisan ini.

Ancaman dari sesama wanita
"Wanita adalah serigala bagi wanita yang lain." ~ Mba Bitch
Kebanyakan bahtera rumah tangga (biasanya yang makmur) akan dihantam wanita-wanita yang tak peduli jika seorang lelaki sudah beristri. Tak peduli jika aksinya menyebabkan hati istri (dan anak-anaknya) tersakiti.

Di luar rumah memang ada banyak abege, es pe ge, toge dan mahluk-mahluk indah lain yang dengan hati senang akan menukar layanan fellatio plus plus dengan Blackberry terbaru... atau bayaran semester... atau sekedar makan malam. Itu belum yang ngajak gratisan berdasarkan doyan sama doyan.

Lantas apa dong yang dimiliki oleh para muslimah lugu untuk bersaing dengan wanita-wanita agresif yang ada diluar sana? 

Sex Empowerment 

Argumen ketidakberdayaan dan kesempitan wawasan seksual para istri adalah salah satu yang digunakan Gina Puspita untuk membuat Klub Taat Suami.  Belajar dari pengalaman hidupnya, beliau yakin jika istri dapat memuaskan suami secara seksual, maka para suami akan lebih setia. Tidak akan tergoda lagi oleh para bibir belang diluar sana.

Padahal setahu saya, manusia tidak akan pernah puas. Lelaki juga manusia, dan tidak akan pernah puas, yang bisa dilakukan hanya mengendalikan keinginan.

Namun saya rasa ide macam itu bagus juga. Minimal pihak istri berusaha taat dan menyenangkan dulu. Jika setelah itupun ternyata suami masih kurang ajar, aksi tegas dari pihak istri akan terasa lebih pantas dan didukung.

Ancaman Keren Agar Mendukung Poligami

Beberapa kutipan pernyataan Gina berikut cukup mencerminkan betapa berhasilnya pendidikan di Indonesia.
“Kalau ada yang tidak setuju dengan ketaatan istri seratus persen pada suami, itu berarti memusuhi Nabi Muhammad SAW. Dan kemudian jika ada yang menilai berpoligami itu tidak benar, dan hanya Nabi yang kuat dan berlaku adil, maka itu berarti menentang Sunnah Rasul, berarti mereka telah termakan oleh ajaran Yahudi, yang memang ingin memecah belah Islam
“Istri yang seratus persen taat pada suami, terutama dalam soal seks, maka semua pintu surga terbuka untuknya”
“Mereka yang mengatakan Klub Taat Suami kuno, kolot dan terbelakang, berarti mereka itu orang Yahudi,”
Jika seorang Doktor (atau Dokter?) saja dapat membuat pernyataan macam itu, itulah bukti betapa berhasilnya pendidikan di Indonesia. Hehe. Tapi isunya bukan itu.

Jadi, menurut Gina, jika Anda tidak setuju poligami, maka Anda sudah termakan ajaran Yahudi. Kalau Anda anggap Klub Taat Suami ini kuno, kolot dan terbelakang, maka Anda Yahudi! YAHUDI!

Bukankah itu sebuah terror mental yang keren sekali? Sebagai orang beragama yang baik, Anda harus merasa takut jika diancam sedemikian rupa. Anda tak mau dicap Yahudi kan? Tak mau dianggap melawan Rasul kan? Anda tak mau jadi orang murtad yang darahnya dihalalkan tumpah oleh sesama umat Islam kan? Makanya, Anda harus mau dipoligami.

Pemaksaan bernuansa religius seperti ini akan sangat efektif untuk orang-orang seperti Anda. Saat ini, Anda pasti sudah gemetar dan terpaksa mendukung poligami. Kalau tidak.... Berarti sekarang tulisan saya sedang dibaca oleh Yahudi dong?!? Arrrgh, ada Yahudiii!!!

 #eh.

Tapi itu pertanda bagus. Berarti emansipasi wanita dalam bidang agama semakin maju. Dulu hanya lelaki yang mahir maksa-maksa dan menakut-nakuti manusia menggunakan agama, sekarang wanita pun sudah mulai pintar! Semoga tak lama lagi, rahasia untuk memanipulasi manusia dengan memanfaatkan tuhan dan agama segera terbuka dan dapat dipelajari oleh siapa saja. Amin.

Bukan Stockholm Syndrome

Setelah berjuang jadi istri yang taat, ternyata suami masih kurang puas juga? Masih ingin nambah istri lagi? Ya gimana. Sebagai istri yang taat dan tak punya pilihan lain, ya sekalian mendukung saja.

Beberapa kritikus menuduh pendiri dan anggota klub ini menderita stockholm syndrom. Tapi mereka SALAH. Karena yang terjadi jauh lebih hebat.

Memanipulasi diri hingga tak lagi merasa ditindas, lalu malah berempati pada pelaku? Itu mah basi, Teh! Dengan bergabung dengan klub pendukung poligami,  para korban poligami tak lagi merasa ditindas, justru merasa beribadah dan selanjutnya bermutasi jadi pejuang-pejuang poligami yang mengajak dan mengancam perempuan-perempuan lain agar mau senasib dengan dirinya. Itu jenius!

Penutup

Menurut saya ide edukasi seks itu sangat baik. Knowledge memang power, rite? Tapi kekurangan dari KTS adalah terlalu fokus pada penganut satu agama saja. Ditambah lagi harus sepaket dengan "harus setuju poligami".  Misi pendidikan bisa terlupakan dan terpeleset jadi ajang cari teman senasib, sambil kampanye memaksakan nasibnya pada orang lain.

Jadi ya, wahai kalian para pembaca yang mendadak Yahudi karena tidak setuju dengan KTS/poligami, janganlah cuma sebatas mengkritik saja. Bikinlah gerakan edukasi seks para istri yang berbasis kemanusiaan. Yang terbuka bagi semua manusia tanpa memilah agama. Klub yang lebih manusiawi, yang jauh dari mitos-mitos agama, klub yang tidak ilahiah apalagi arabiah. Bikin yang sekuler dan humanis saja, nanti saya mau deh bantu-bantu jadi peraganya, sekalian belajar seks biar tak terlalu lugu.



Kalau menurut Anda gimana?


Sumber gambar: KlubTaatSuami
Sumber kutipan: PosKotaNews dan Teman-teman

2 komentar:

  1. jangan terlalu takut hal itu terjadi Get. Ketakutanmu tentang mereka tidak pernah orgasme perlu ditinjau ulang dengan cara berpacaran yang sekarang ini terjadi

    BalasHapus
  2. @Sutanandika, ah kang Sutan ini, monggo dibaca ulang sedikit lebih pelan. Kenapa jadi saya dianggap ketakutan mereka tak orgasme... Kalau mau ngadhominem mbok yang nyambung sama bahasan.

    BalasHapus