15 September 2011

Pernikahan Yang Katanya Penuh Hikmah Itu

Tempo hari saat terjebak di suatu tempat yang tak penting, saya berhasil membuka Facebook lewat ponsel dan gatal-gatal karena membaca update beberapa teman soal pernikahan.

Membuat gatal karena status tersebut mengingatkan saya pada beberapa gadis yang saat ini sedang resah mencari pasangan hidup. Saya merasakan, para gadis pencari suami yang membacanya akan semakin dirundung gelisah. Weits, tidak, saya tidak sedang sok empatik atau carmuk lho! *penyangkalan*.

Sayangnya, internet Axis di ponsel belum mengijinkan saya berkomentar (malahan tidak mengijinkan saya melanjutkan browsing).

Esoknya di rumah, lewat AHA-nya Bakri yang Lapindo itu, dengan kondisi sudah tercekik overquota plus cuma dapat cdma1x pula, saya coba cari lagi thread tersebut. Dan gagal lagi karena saya bukan termasuk kaum yang sabar menghadapi timeout yang repetitif.

Eh, ini mau gosip soal kawin atau mau mengutuki takdir fakir benwit sih? Hehe, tentu saja bukan keduanya. Saya ini mau melunturkan mantra.


Sekarang, dengan koneksi yang semoga lebih baik, saya kembali ke topik sambil menjadikan masalah ini sebagai update blog yang konon mulai terlantar.

Isi statusnya kurang lebih menyatakan bahwa dengan menikah kita mendapat banyak pelajaran baru, mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri, lebih berani menghadapi hidup dan jadi pribadi yang lebih bertanggung jawab terhadap komitmen. Dan kalau tak salah ujung-ujungnya mengajak agar yang belum menikah untuk segera menikah tapi semua disampaikan dengan cara yang agak sesuatu gitu.

Dengan sudut pandang bias seorang jomblo saya langsung merasa diserang. Status itu jadi tampak err... rasis? Eh, apa ya? Sentimen antar ras disebut rasis, lalu kalau sentimen antara yang menikah dan belum menikah apa? Kawinis? Kawis?

Apapun lah. Yang jelas status itu terasa meninggikan derajat mereka yang sudah menikah sambil merendahkan mereka yang belum/tidak menikah.

Diperparah dengan jawaban dari bangbro siapa itu yang isi komentarnya menyindir mereka yang takut menikah. Beliau bilang bahwa orang yang takut menikah itu sama seperti menggunakan kaos kaki ukuran orang lain. Atau semacam itu. Yang pasti isinya terasa memperluas serangan, jadi tak sekedar menggelisahkan mereka yang desperate belum dapat pasangan, tapi juga pada mereka yang belum tertarik menikah.

Karena itulah saya merasa perlu untuk breaking the spell, membatalkan kesaktian dari pernyataan-pernyataan intimidatif dari para yth tersebut. Semoga bisa jadi pelipur lara untuk mereka yang belum menemukan pasangan atau yang belum tertarik menikah :)

Pertama, soal anggapan bahwa pernikahan memberi pelajaran baru dan bla-bla lain yang berkonotasi baik. Itu benar. TAPI pernyataan itu juga benar saat kita terjun dalam apapun yang lain. Berteman dengan orang baru, bekerja di kantor baru, buka lapak usaha baru, buka ladang baru, dan apapun yang baru. Semua pasti memberi kita pelajaran-pelajaran baru. Termasuk jika memilih untuk tidak menikah ketika mayoritas orang menikah, itu pun bakal memberi banyak pelajaran baru.

Tentu HANYA jika orangnya mampu dan mau reseptif terhadap pelajaran-pelajaran yang hadir sepanjang perjalanan. Kalau orangnya bebal dungu, sibuk menyesali nasib dan menuhankan selera mayoritas/orang lain, ya itulah takdir seorang budak. Menikah ataupun tidak, budak tetaplah budak. *apasih*

Kedua, soal menumbuhkan tanggung jawab dan berkomitmen. Ya oloh, pleeeaase deh, itu juga benar sekaligus bisa tidak benar untuk apapun yang lain.

Pernah ketemu sama orang yang buka bisnis baru lalu males ngurus? Atau daftar kuliah lalu mutung gak pernah masuk? Atau berjanji dan tak menepati? Dalam pernikahan yang sangat melatih tanggung jawab dan komitmen itu juga banyak orang yang ternyata tidak berubah jadi lebih bertanggung jawab.

Yang jadi semakin liar juga banyak. Tidak sekedar mutung pisah ranjang, cerai, atau yang selingkuh diam-diam, banyak juga kok pasangan awet rajet yang merokok/mencandu sambil mengasapi anak-anaknya, meracuni dan ngajarin ga bener pada darah dagingnya sendiri. Sungguh bertanggungjawab sekali kan mereka-mereka itu? Hehe.

Jika orangnya memang tidak mau berubah jadi lebih bertanggung jawab, tetap egois dan taat menyembah candu, mau lajang kesepian atau kawin berulang-ulang, selamanya ya akan tetap seperti itu.

Ketiga, soal rasa takut yang muncul karena melihat kegagalan orang lain itu wajar kok. Kita takut ngebut, takut ditolak, takut pakai baju aneh, takut berwirausaha, takut beda dari mayoritas dan takut-takut yang lain. Mungkin rasa itu muncul karena melihat kegagalan / kecelakaan / kekonyolan orang lain. Atau juga karena kita memang takut terjun ke dalam hal baru.

Kita takut terhadap banyak hal selain menikah, tidak perlu terlalu tersinggung ketika diolok-olok sebagai orang yang takut nikah.

Andai saya sudah menikah lalu meledek Anda yang jomblo kesepian sebagai seorang yang takut nikah, pastilah bukan karena saya tahu kondisi dan alasan Anda yang sebenarnya, saya tak maha tahu. Saya meledek itu kalau bukan karena becanda, mungkin karena saya sedang dirundung ragu dan butuh penguatan diri. Rasa bangga sebagai orang berani menikah, akan jadi semacam placebo yang membantu saya untuk bertahan dalam pernikahan yang mungkin  tidak seindah yang saya bayangkan sebelumnya. Lebih indah, atau lebih parah.

Keempat, ... eh, habis ya? Ya sudah, kesimpulan saja...

Jadi, setiap kali Anda --para lajang dan jomblo kesepian-- merasa terintimidasi oleh kalimat-kalimat terkesan sakti yang mempromosikan pernikahan, bedah saja pernyataannya. Mungkin sekali itu bermotif komersil atau sekedar deepity saja.

Tapi hati-hati, jangan langsung dibantah semena-mena, bisa jadi si pembuat pernyataan sedang membully anda karena dirinya juga butuh penguatan untuk bertahan dalam pernikahan. Atau secara tidak langsung sedang memanipulasi pasangannya agar bertahan dalam pernikahan. Jika Anda bantah, bisa-bisa Anda menjerumuskan orang ke dalam perceraian.

Ingat, apa yang disatukan Tuhan, tak bisa dipisahkan manusia! Jadi kalau ternyata pisah juga, ya itu pasti kerjaan Tuhan, bukan salah manusianya.

Dan sedikit saran untuk kita semua yang ingin mempromosikan pernikahan, daripada bikin pembenaran aneh-aneh, mungkin lebih efektif mengutip atau memelintir ujaran-ujaran suci saja. Bilang kalau lajang itu tak disukai Alloh, sedangkan menikah itu berpahala dan bisa masuk surga berkali-kali. Korban pasti lebih terintimidasi, plus kita juga merasa lebih berpahala. Pasangan yang ingin kita manipulasi juga akan lebih tergerak hatinya.

Atau, bawa-bawa evolusi dan gunakan argumen berkembang biak. Spesis yang bisa bertahan sampai sekarang jelaslah hanya yang paling berhasil beranak pinak. Siapapun yang gagal bikin anak, tidak bakal ada kelanjutannya, pasti punah ditelan sejarah.

Demikian, CMIIW.

Selamat melanjutkan aktivitas, jangan lupa bikin anak ;)



Gambar dari fotosearch.com

8 komentar:

  1. Guh, ini juga pake Axis lantjar djaja kok.
    Eh, komengnya boleh tentang providernya to? =P

    btw, kalo gw bilang sih masalah ganda campuran yg mendesak para lajang untuk nikah itu… apa ya? jadi kek semacem cari umat. mereka jatohnya jadi pendakwah. padahal kita semua juga tau belum tentu pendakwah ngejalanin (ngedapetin) apa yg mereka omongin. I have enough with those "happily-married"-cover bullshits. they're just fooling themselves and I ain't got a slightest intention to join into the bandwagon.

    BalasHapus
  2. @The Bitch, hehe, seindah atau semembosankan apapun, fungsi pernikahan untuk membikin anak yang tidak haram itu tetap penting lho, di sini.

    BalasHapus
  3. Ehm, gini... gimana kalo kalian berdua menikah? yoi, the two of you; Pito & Guh. Semacam give it a try, menguji seserius apa Pito tidak tertarik gabung the bandwagon dan sebenar apa pernikahan membuat anak halal jadi penting, eh.

    *leumpeung, menunggu, sambil menyusun puzzle :D

    BalasHapus
  4. Gak usah menikah. Kohabitasi saja. #eh

    BalasHapus
  5. gwe sutan, get : kalo di hilir sudah keruh ... kita balik lagi ke hulu. Pernikahan dengan segala tetek bengeknya, gwe setuju diawali dengan fitrah beranak pinak.

    BalasHapus
  6. @Anonim, kalau hanya untuk memuaskan keingintahuan Anda akan Pito, kenapa musti saya yang dikorbankan? Mbok ya langsung saja, hehe.

    @Kimi, menarik. Apakah Kimi tertarik melakukannya?

    @Sutan, sepakat. Beranak pinak itu penting :)

    BalasHapus
  7. Justru ini usaha untuk menyatukan klean, darling. Masak mau dikorbankan sih ;)

    BalasHapus
  8. Sekedar ngutip:
    When you're single, people ask about a girlfriend or boyfriend. When you have a fiancée, they ask about a wedding. When you get married, they ask when will you two have a baby? When you have 1 child, they ask when is the little brother or sister coming? When you have another one they ask, why are you having all these children? When you get divorced, they ask why? If you moved on, they ask why so quickly? People will NEVER STOP ASKING & TALKING... if you're proud of who you are & you don't "GIVE A Sugar Honey Iced Tea" about what people think about you, paste it on your wall because it's your life and only you should decide how to LIVE IT.... LIVE, LAUGH, LOVE"

    BalasHapus