Saya sungguh berharap para pendakwah, penceramah, motivator, dan segala kampret yang terhormat di podium itu berhenti menebar ninabobo dengan bualan yang mengajak umat melempar tanggung jawab pada tuhan, dewa, kuntilanak, satrio piningit atau kampret imajiner apapun.
- "Tenang, setiap perbuatan pasti ada balasannya di akhirat KELAK"
- "Yg penting kita berusaha dengan baik, mari mulai dari diri sendiri..."
- "Biarin, nanti pasti ada balasannya setimpal..."
- "Biarlah nanti tuhan yang akan membalas..."
- "Nantikan satrio piningit dari solo sang pembawa kejayaan..."
- "Tunggulah dajal dari bangka yg menghancurkan para koruptor..."
Ajakan gitu hasilnya umat macam apa? Umat yang dipungli diam, malah merasa bagi-bagi rejeki. Umat yang saat birokrasi dipersulit malah merasa wajar. Umat yang 5 tahun dibodohi gubernur korup malah cuma berdoa. Umat yang agamanya dipermainkan untuk berisik, ngemis dan korup malah merasa diperjuangkan. Umat yang uang pajaknya dipakai foya-foya koruptor, malah sibuk berdoa, lempar tanggung jawab ke tuhan. Masyarakat yang mengimani bahwa semakin sering ditipu maka rejekinya akan semakin lancar.
Dakwah macam gitu terasa makin najis ketika si sok bijak di podium hanyalah pendakwah bayaran yang dibayar oleh koruptor.
Mestinya tiap kali ada penceramah dengan sok bijak menyelipkan pembodohan dalam ceramahnya, ada berdiri berteriak, "hoi penceramah bayaran! Tema itu kita sudah bosan, tak perlu kau ceramahi orang baik supaya baik. Sekarang ini negeri sudah dikuasai penjahat, jangan kami kau ajak tidur dan mimpi soal akhirat. Jangan kau ajak kami lempar tanggung jawab ke tuhan! Bangunkan, ajak bergerak, ajak melawan!!"
blah blah.... ya intinya gitu deh update kali ini.... katarsis setelah nonton ceramah sampah.
Untungnya ndak setiap hal sesuai dengan keinginan saya. Jadi para pedagang abab itu masih bebas ngeyem-yemi warga dengan kegilaan mimpi-mimpi surga yang menenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar