13 Juli 2012

Uban!!!

Hahaa, masih muda sudah ubanan kau!

Iya nih, takdir Allah.

Hey, kau lihat muka ku!! Tampang educated gini kau jawab pakai alasan takdir?

Yaiks, hihi. Ya... ini ubanan sepertinya genetic fault. Entah kenapa jalur evolusi moyang-moyang dulu menghasilkan manusia beruban nan keren seperti gw.

Cih. Lalu kenapa tak kau semir?

Malas

Bah, kalau semiran saja malas, jangan-jangan potong kuku juga malas, ngeseks juga malas, cari duit juga malas?

Malas bahas

Sok sibuk sekali kau. Ayo lah, kenapa tak kau semir itu kepala?

Hmm... Semiran itu mengecat rambut, bukan kepala. Catnya mengandung berbagai macam zat tidak jelas. Jika rutin harus dioles-oles di kepala, tentu akan menambah paparan zat misterius yang masuk lewat kulit kepala. Kalau tidak darurat banget, sepertinya cukup sampo saja yang rutin meresapi kulit kepala.

Sok sehat sekali jidat kau, hidup paling cuma 60 tahun, mau kau habiskan di bawah uban?!

Nah... Itu juga. Mengecat rambut agar kembali hitam itu membuat penampilan tampak lebih muda, lebih indah dan sedap dipandang mata. Baik di mata kita sendiri maupun di mata orang lain. Biasanya yang terakhir ini yang paling penting. Fungsinya pencitraan, agar kita disangka masih muda, bugar, lengkap dengan rambut hitam nan indah.

Apa salahnya? Tipu-tipu dikit tak apa laa.

Mungkin tidak salah menipu untuk kebaikan. Dan itu sangat penting dilakukan jika posisi kita sedang berusaha menjual diri. Layaknya pedagang yang rutin memoles produknya agar tampak lebih baik dari keadaan sebenarnya. Apapun dilakukan agar dagangan laku. Uban disemir, dijilbabin, dicabutin, diumpetin, biar dagangan laku.

Ya, lalu?

Ya semiran itu pantas kalau kita masih mencari konsumen, belum punya pelanggan tetap. Lha kalau posisi kita sudah aman, sudah ada pelanggan tetap... atau malah berada di posisi pembeli yang sedang memilih, untuk apa repot-repot menipu, toh tidak sedang menjual  apapun?

Lagak kau macam bos gadungan. Bagaimana pula kalau para istri dan suami tiba-tiba berhenti semiran, berhenti dandan, karena ingin apa adanya? Bakal minggat pasangan mereka semua, pergi cari daun muda yang segar bugar.

Ya tidak seekstrim itu lah, maksud gw tidak se-apa adanya gitu. Silakan saja tampil indah. Itu bisa dilakukan tanpa terlalu banyak terpapar bahan kimia tak penting, juga tanpa terlalu banyak menipu. Ini juga cuma menjelaskan alasan gw tidak semiran. 

Makanya kau jomblo, sok idealis, sok realis, tidak tahu diri.

Ya memang belum waktunya. Kalau dalam keadaan gini ada yang mau, tentu dia tidak akan tertipu, kenyataanya tidak bisa lebih buruk lagi, haha. Lagi pula kalau nanti gw nemu cewe yang bener-bener bikin iler netes, mungkin aja gw tergoda semiran demi jual diri, kalau perlu kepala ini gw jilbabin atau gw kondomin sekalian biar disangka muda dan menggairahkan, haha.

Haha, aku tak yakin bakal dikirim undangan kawinan kau.

Haha. Tapi apa uban gw semengerikan itu sampai lu nyuruh gw semiran dan menyumpahi sengeri itu?

Semua mata yang lihat uban kau jadi ingat umur, ingat mati. Kepala kau itu horor menyebalkan berkeliaran bikin sepet mata!

Wah, itu keren. Berarti bikin orang ingat dosa, bikin orang kembali ke jalan yang lurus.

Ya, dan sebagian lain membatin, 'ini orang malas atau miskin, semiran saja tak mampu'.

Ya itu juga bagus, biar ada kegiatan. Lagi pula seperti lu tadi komentar sambil tertawa melihat gw masih muda sudah ubanan, itu lu merasa senang kan? Karena ada yang nasibnya lebih buruk dari lu.... dengan begitu gw menyenangkan orang lain. Toh biar gw ubanan, badan terbukti lebih sehat dari lu yang masih muda sudah koleksi penyakit, hehe.

Sial kau uban terkutuk. Terserah kau lah kalau mau terus ubanan.

Siip.

3 komentar:

  1. salam
    sarkas seperti biasanya :)
    *sungkem ya nabi

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya tidak mengerti sarkas apanya :)

      *Kembali sungkem

      Hapus
  2. Derita jomblo ubanan

    Rambutku antara yang hitam dan putih bersaing ketat jumlahnya
    *nasib
    *ups gak ilmiah

    BalasHapus