14 Januari 2014

Bahaya Pluralisme

Beberapa hari yang lalu, seorang umat Pastafarian yang taat, sambil mengenakan saringan mie yang melambangkan agama yang dipeluknya, disumpah dalam pelantikan jabatan di New York.
 

Lihat foto itu? Sekilas tampak bagus ya, indah, damai dan harmonis. Kota NY terbukti pluralis hingga mampu menghormati agama apapun yang dianut warganya,  sekalipun agama itu terasa aneh.

Sayangnya warga New York pasti tidak sadar bahaya mengerikan dibalik sesatnya faham pluralisme yang membuat agama jadi terlalu dihormati.

Saya coba kasih gambaran beberapa menit...

Tuhannya sulit dibuktikan tapi wajib diyakini

Sebagaimana kebanyakan agama di planet bumi, umat dari Curch Of The Flying Spagheti Monster (FSM) atau  diterjemahkan Gereja Spaghetti Terbang,  juga meyakini keagungan dan kesucian Tuhan mereka. Sosok Tuhan mereka kurang lebih seperti ini:

Flying Spaghetti Monster

Dan seperti Tuhan dari agama-agama lain, Tuhan mereka juga sulit dibuktikan keberadaannya. Mungkin, untuk membuktikan keberadaan Tuhan mereka, Anda harus mati terlebih dahulu. Jadi kalau ngotot ingin membuktikan keberadaan sang monste.. eh, Tuhan suci mereka, berarti leher anda harus ditebas pakai pedang, niscaya setelah mati Anda bertemu FSM Yang Maha Kuasa. Walau saya yakin, kalaupun ternyata Tuhan cuma hoax juga Anda tak bisa komplain dan hidup lagi, sudah tewas.

Sulitnya membuktikan keberadaan Tuhan memang bikin rumit. Bagaimana kita tahu Tuhan versi agama siapa yang benar? Leher yang mahal ini harus ditebas untuk membuktikan Tuhan yang mana? Tuhan FSM? Tuhan Korea? Tuhan Timbuktu? Padahal ditanya langsung juga Tuhan tak akan bisa menjawab.

Untungnya  masalah ini termasuk mudah diatasi, Cukup membabibuta mengimani doktrin warisan orang tua dan mengerem liarnya pikiran, kita akan bisa hidup dengan tenang. Nah yang pasti lebih sulit adalah...


Banyak aturan suci dipaksakan

Pasti jadi masalah pelik dan aneh banget jika ada aturan wajib dipaksakan ke banyak orang demi menyenangkan Tuhan yang eksistensinya saja setelah ribuan tahun berlalu masih sulit dibuktikan.

Misal nih, suatu pagi si Nabi Pastafar mengaku bermimpi bahwa Tuhan FSM menuntut pembuktian iman dengan cara sadis, Pak Nabi harus menyembelih anak perempuannya, euh, terlalu sadis? Ok ganti deh... gini...

Pak Nabi bermimpi bahwa Tuhan Yang Maha Tahu (catet tuh: Maha Tahu) ingin cari tahu sekuat apa iman Pak Nabi pada Spagheti Monster, lalu menyuruh dia menyayati klitoris bayi perempuan dan mengupasi kulup penis bayi lelaki. Lengkap dengan alasan-alasan ilmiyah sbb:
  1. Dapat mencegah HIV (tak perlu repot mengajari prilaku seksual sehat).
  2. Dapat mencegah kanker kulit (logis jika luas kulit dikurangi, maka resiko kanker kulit berkurang)
  3. Dapat lebih bersih (jadi orang tua tak perlu repot mengajari cara membersihkan kelamin yang desainnya gagal banget itu).

Lalu umat yang sudah bersaksi pada kenabian sang nabi dan ketuhanan sang SM (Spagheti Monster) mau tak mau harus mengikuti. Gimana coba? Sudah 2014 begini, apa masih pantas jika seseorang memutilasi anaknya sendiri hanya berdasarkan mimpi soal Tuhan? Lha SMS yang ada log di operator saja dapat dipalsu demi menjebloskan Antasari ke penjara, apalagi sekedar mimpi tanpa bukti. Bisa saja itu akal bulus si bapak yang punya kelainan seksual sengaja menjual nama Baso Suci sebagai pembenaran. Tapi ya tidak terlalu masalah juga selama itu hanya dipaksakan atas kalangan yang memeluk, salahnya sendiri meluk begituan.


Konflik para saleh vs Masyarakat

Masalah selanjutnya, gimana kalau Pak Nabi Pastafarian mewajibkan setiap perempuan menggunakan saringan mie di atas kepala, untuk menjaga syahwat lelaki supaya tidak menjadi liar hingga tertarik melakukan seks luar nikah.

Teorinya agak masuk akal, lelaki waras mana yang gampang horny pada perempuan yang kemana-mana kepalanya ditutupi saringan mie demi menjauhkan lelaki dari serangan syahwat. Tapi dijamin jadi masalah ketika ada perawan saleh di bangku SMA yang memaksa ingin sekolah dengan tetap memakai saringan mie dikepala demi memperjuangkan kebaikan versi agamanya.

Niatnya memang mulia, agar teman-teman lelakinya dijauhkan dari pikiran mesum. Tapi hal itu menempatkan sekolah dalam dilema. Jika dilarang, mungkin sekolah akan dilaporkan ke polisi karena melanggar kemerdekaan beragama. Tapi jika diijinkan, bagaimana jika prilaku tersebut diikuti umat agama lain, ikut-ikutan ingin memaksakan kostum religiusnya masing-masing?

Sebagai tempat cuci otak yang memaksakan keseragaman, sekolah tentu tidak bisa membiarkan anak didiknya terlalu bebas dalam berpakaian.

Memecahbelah, mengadudomba warga

Baru berusia berapa tahun saja para pemuja itu sudah pecah jadi berapa sekte. Ada yang meyakini basonya yang suci, ada yang ngotot mienya yang suci, dlsb. Jadi bukannya kompak mencerdaskan, malah jadi ajang pembodohan konyol yang mengadudomba dan menghabiskan energi warga jelata.


Umat jadi sensitit, manja, lebay dan sangat pemarah

Belum cukup ngeri? Ini contoh satu lagi deh. Gimana kalau perkembangan kepribadian Pak Nabi beserta para elit agamawannya semakin tua justru semakin insecure, sensitit, dan gampang marah? Dan karena itu jadi gampang menghalalkan pembunuhan kafir, atheis dan siapapun yang berani meledek agama dan tuhan mereka?

Padahal yang mereka cap kafir tentunya semua yang tidak meyakini kemahabenaran ajaran agama mereka, dan yang dimaksud atheis adalah setiap orang yang tidak percaya pada eksistensi Flying Spagheti Monster YME. Itu artinya kita semua terancam dibunuh setiap kali mereka merasa agamanya terhina dan ternistakan.

Bayangkan jika setiap aksi membunuh kafir akan dihadiahi 13 perawan surga yang bebas disetubuhi tanpa kita harus ganteng, punya duit dan bertanggung jawab? Pasti mayoritas jomblo Pastafarian terpengaruh jadi sepemarah dan sesensitit para elit agamanya... Sedikit-sedikit marah, lalu demonstrasi, mengancam memenggal kepala, mengancam meledakkan bom bunuh diri biar ada alasan untuk segera melepas keperjakaanya di surga.

Terorisme

Ini seram juga. Bagaimana jika "intelijen asing" dan "pengusaha keamanan" mengendus peluang cari duit lalu menunggangi kemanjaan, kesensitifan, dan kegalauan hati umat Pastafarian yang gampang ngamuk itu dan bikin drama teror bertema agama?

Sebentar-sebentar bakal ada bom meletus, polisi dibunuh, tempat hiburan dirusak, hotel dan mall dibom hanya karena segelintir pemuja mie baso ingin mendirikan kerajaan suci sesuai ajaran Pastafarian. Sementara rakyat diresahkan berita penuh warta teror, ribuan dolar dalam jumlah tak terbatas dan tak terdiaudit mengalir deras demi mengamankan kita semua dari "teror maha karya kaum terorista pemuja Tuhan lebay".

Eh... Ini tulisan bisa kena pasal penistaan agama kalau dibaca umat Pastafarian.

Baiklah, saya minta maaf. Pastilah saya yang lebay. Semoga umat yang Tuhan, Agama dan keber-agama-annya selebay itu hanya ada dalam imajinasi saya saja.

Ah, ini  saja deh sedikit lagi, ancaman yang lebih masuk akal:

Ancaman polusi suara

Bayangkan suatu ketika, entah marketingnya gimana, agama mie baso suci tersebut laku keras dipeluki mayoritas orang. Lalu mereka mulai bangun rumah ibadah di mana-mana. Mentang-mentang mayoritas, membangunnya jadi semena-mena sambil dimanfaatkan sebagai ladang bisnis para agamawan yang selingkuh dengan toko material dan kontraktor bangunan.

Dibangun sembarangan, mengandalkan uang sumbangan yang diminta secara sembarangan, dari sekedar menaruh gentong di tengah jalan raya sambil putar lagu-lagu berisik memuja mie baso, hingga menarik sumbangan paksa pada warga sekitar.

Lalu nanti setelah rumah-rumah ibadah itu berhasil berdiri, kebisingan bukan berhenti malah makin parah. Karena setiap bangunan suci tersebut akan dipasangi speaker maha keras yang memutar berbagai nyanyian untuk menyenangkan Tuhan Spagheti Monster Yang Maha Mendengar... Tentunya dengan volume yang sangat keras hingga dalam radius 0.5 km pun anda tidak bisa melakukan pembicaraan di telpon.... Dan diputarnya sejak pagi buta supaya anda ikut kaget terbangun untuk mengapresiasi bagaimana hebatnya cara mereka beribadah. Dan rumah ibadah mereka lokasinya akan saling berdekatan... Dengan pengeras suara yang selalu bersaing keras mengadu volume.

Merusak pelaksanaan negara

Tambah lagi, suatu hari nanti mereka bikin partai baso suci sejahtera, lalu salah satu oknumnya berhasil menjabat jadi menteri yang mestinya mengurusi teknologi dan informasi, tapi gegara memujanya Spaghetti Monster, kerjanya bukan sibuk memajukan IT, tapi sibuk buang duit mblokir konten yang dianggap menghina firman suci dari Spagheti Monster Yang Maha Suci.

Akhirnya Negara yang semestinya mensejahterakan seluruh warga, cuma sibuk menganakemaskan satu umat yang paling lebay saja.

Gimana... bro, sis? ngeri ndak?
Semua aturan gila dapat dipaksakan atas hidup orang banyak hanya berdasarkan keyakinan akan adanya suatu Dzat Ghaib yang narsis, pemaksa, pemarah dan doyan ngatur tapi eksistensinya saja tak bisa dibuktikan kecuali Anda harus mati dulu.

Hei, jangan ketawa aja! mikir bro! mikir Sis!
Kasihan sekali lho warga NY itu, sudah 2014 masih juga aja tidak sadar akan bahaya pluralisme.

6 komentar:

  1. I want to be very clear. If you even once in your life time have done some research on a specific religion or at least have read a religious script (let's say Quran or Bible) without the perception of those stupid Indonesian TV Ustads, then I would say "you have every right to criticize the faith of a single person or a billion people". I believe the source of your sarcastic blogs towards religions is the unsatisfactory aspect of your life. There are perhaps millions of people like you who blame the God for lack of cash, car, house... in their lives and you are not alone in this path. Let you know, your confused state of mind soon will lead you to a total uncertainty. you cannot claim that your gutsy feelings are right even if it is not your own! You should stop judging faith of others without even understanding or even clarifying about your own believes. Well, if some day you "man-up" enough and did some research on your own about fallacies of religions, then please share it on the net so we would also get some benefits out of it.

    Thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you for reading and your comment, well...

      //If you even once in your life time have done some research on a specific religion or at least have read a religious script (let's say Quran or Bible) without the perception of those stupid Indonesian TV Ustads, then I would say "you have every right to criticize the faith of a single person or a billion people".//

      Thank you for telling me that i have such right. I have read both of them quite enough, and i have some first hand experience of their effect on human life. Still even without doing those, i could criticize anything i want. But you as the reader can also correct me easily. Just point out clearly where the false fact and correct them.

      //I believe the source of your sarcastic blogs towards religions is the unsatisfactory aspect of your life. There are perhaps millions of people like you who blame the God for lack of cash, car, house... in their lives and you are not alone in this path.//
      Interesting believe you have there. I wonder how you acquired it, from part of my post or based on your own life experience?

      //Let you know, your confused state of mind soon will lead you to a total uncertainty.//
      Thank you for the interesting prophecy.

      //you cannot claim that your gutsy feelings are right even if it is not your own!//
      Which gutsy feelings? Again, which part of my post said that? Please be very clear.

      //You should stop judging faith of others without even understanding or even clarifying about your own believes.//
      Could you be very clear and point out which part was "judging"?

      //Well, if some day you "man-up" enough and did some research on your own about fallacies of religions, then please share it on the net so we would also get some benefits out of it.//
      Now that you mentioning 'fallacies', are you sure that your comment was not filled with strawman fallacy, only to deliver the message that i am not "man up" enough? Of course i am not "man up" enough if compared to you, oh manly Ajit.

      Hapus
    2. Please bear with my train of thoughts on your comment.

      (1) WE have to be very clear that it is impossible to prove the existence of the majestic Sphagetti Monster using scientific method, since religion and science never intersect in any way. As Dawkins said "Religion is turning untested belief into unshakeable truth". Then--as it is becoming obvious--your next question is: how do you test the untested belief? And,

      (2) the burden of proof is on the person/group that asserting the claim of the existence of the majestic Sphagetti Monster. This is how things work:
      -You claim A with some evidence,
      --then your opponent (whom disagree with your claim) may bring his/her evidence to tackle your claim,
      ---then you can present another new evidence which may bring down your opponent argument (which will also strengthen your original claim A)
      ----and on and on
      Then how can we disprove your idea of flying teapot or majestic spaghetti, when you never bring the very first evidence to the table?

      Hapus
    3. Ms Esti, as usual, such problem should be easily solved using faith. No proof required.
      I don't know how we could keep our faith if we keep burdened by proof and reason -_-'

      Hapus
  2. hanya sedikit koreksi, "penyembah" FSM bukan rastafarian tapi "PASTAfarian", rasta sendiri adalah agama beneran di jamaica.. CMIIW

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas koreksinya, FSM memberkati Anda :D

      Hapus